Part.18

22 7 5
                                    

Mencium aroma kamar adalah yang dinanti-nantikan oleh Gisel.  rasanya seperti sedang berada di sebuah padang rumput hijau, dengan suasana yang sejuk.

Setelah melepas sepatu dan tasnya, Gisel langsung mendaratkan tubuhnya ke atas kasurnya yang empuk

"Inilah yang gue tunggu-tunggu. Berbaring di atas kasur ku yang empuk ini!!." Lirih Gisel, sambil memeluk-meluk kasurnya

Setelah beberapa menit melepas rindu dengan kasurnya, Gisel meraih Handphone yang ia lempar begitu saja di atas kasurnya. Sambil berbaring Gisel mulai mengotak-atik Handphonenya, membuka media sosial dan lain sebagainya.

Waktu terus berjalan, dan tak terasa hari pun mulai gelap. Gisel yang tadinya sedang memainkan handphone, langsung bangkit dari tempat tidur dan menuju ke toilet untuk membersihkan tubuhnya yang sudah begitu lengket karena keringat.

Setelah selesai membersihkan tubuhnya, Gisel keluar kamar dengan mengenakan baju tidurnya, ia pun turun ke lantai 1 mencari makanan untuk makan malamnya

Setelah selesai dengan makan malamnya, Gisel kembali ke kamar, untuk mengistirahatkan tubuhnya.

€€€

Hari pun kembali berganti. Dan saat ini menunjukan pukul 07.38, semua siswa/i SMA Citra Bangsa sudah berkutik di dalam kelas  dengan pelajaran-pelajaran, kurang lebih sudah 15 menit

Berbeda dengan 3 manusia, siapa lagi kalo bukan Revan dan 2 orang pengikut setiannya (Alvin &Ravael). Mereka bertiga sedang berada di kantin, dan tidak mengikuti jam pelajaran Matematika di kelas mereka.

"Eh..lo berdua pada mikir nggak sih?, kalo kita bolos terus kayak gini, bisa-bisa kita jadi bodoh. Iya nggak sih?." Timpal Rafael, yang entah dari mana pikiran seperti itu muncul

"Kenapa lo baru nyadar sekarang pocii...?," Alvin menonyor kepala Rafael
"Kenapa nggak dari kelas 10?, kenapa udah kelas 12 baru lo nyadar?." Sosor Alvin

"Ya...karna semakin kita dewasa pemikiran kita itu semakin terbuka gitu.." Papar Rafael, tangannya juga ikut mengarahkan

"Hmm...Bijak juga lo."
"Ya udah, mending sekarang lo balik ke kelas, ikut pelajarannya bu Ani (matematika) biar lo nggak bodoh kalo ditanya 1+1 berapa." Ucap Alvin

"Gue tau 1+1 itu 2. Benar kan?." Jawab Rafael

"Salah bodoh..,1+1 itu..11, kan nggak pake =." Ledek Alvin

Dan Rafael yang entah dianya bego atau apa?, hanya mengiyakan ucapan Ravael
"Iya juga ya..," Rafael menggaruk kepalanya, mencerna ucapan Alvin

Revan yang melihat kelakuan Alvin yang membodohi Rafael, hanya melirik tanpa merespon apapun.

"Ya..makanya, biar kata lo mau bolos atau nggak, otak lo itu nggak bisa berpikir dengan baik." Ucap Alvin gemas, dan diakhir kalimat ia menonyor kepala Rafael

"Enak aja lo ngomong gitu. Gini-gini gue juga pintar pelajaran kimia sama fisika." Ucap Rafael dengan begitu percaya diri

"Kimia..Fisika..pala lo?,matematika 1+1 aja lo nggak tau." Tangan Alvin Reflek menonyor dahi Rafael

"Ya iya..,tapi nggak usah lo toyor-toyor kepala gue juga..,lama-lama kepala gue kayak Patrick." Decak Rafael

Mendengar Rafael berkata seperti itu, Alvin dengan Reflek langsung tertawa lepas.

"Vin..nggak usah ketawa. Lo berdua sama-sama bodoh." Revan tiba-tiba melontarkan kalimat yang membuat Alvin kena mental dan Reflek langsung terdiam

"Enak aja..,gue nggak sebodoh dia juga kali...." Protes Alvin, sembari menunjuk Rafel

RevGis Where stories live. Discover now