Part.3

96 50 4
                                    

Revan dan kedua sahabatnya kini sedang berada di rooftop, mereka bertiga bolos pelajaran.

"Eh...van, tadi gue sama Rafael dengar lo di omelin sama cewek dan lo cuman diam aja. kenapa?," tanya Alvin kepo

Revan yang mendengar pertanyaan itu pun menoleh ke arah Alvin sekilas dan kembali fokus pada handphonenya tanpa merespon ucapan Alvin.

"Lah...lo kan tau sendiri vin, si Revan tuh orangnya emang pendiam." Celetuk Rafael

"Eh...tokek liar, lo kalau nggak tau diam aja kenapa sih?, gue nggak ngomong sama lo. Lama-lama mulut lo gue sumbat pake sepatu." Decak Alvin seraya menepis mulut Rafael

"Bau tuh tangan lo. Rasain!!," ejek Rafael.
Alvin pun refleks mencium tangannya.

"Buset dah, dari kapan lo nggak sikat gigi? bau nih tangan gue,vkayak abis pegang bangke tikus." Cerocos Alvin sembari menggosokkan tangannya di baju Rafael.

"Ck! rasain lo."

Revan yang merasa terganggu kini menatap tajam kearah mereka berdua.

"Lo berdua bisa diam nggak?." Sembur Revan dengan tatapan tajam.

"Santai dong mas bro, tenggang amat." Seru Rafael sembari menyengir kuda

"Eh...van lo belum jawab pertanyaan gue tadi, Kenapa lo cuman diam aja pas di omelin sama tuh cewek , biasanya lo ngelawan." Alvin tiba-tiba menyambar Revan dengan pertanyaan
"Gue jadi heran," lanjutnya

Rafael yang mendengar, Menganggukan kepalanya menyetujui pertanyaan Alvin.

"Gue nggak tau." Jawab Revan seadanya.
Setelah mengatakan itu Revan langsung pergi meninggalkan kedua temannya.

Mereka berdua hanya menatap punggung Revan yang mulai menjauh.

"Gue jadi curiga deh sama sih Revan." Cicit Alvin seraya menyipitkan kedua matanya

"Emang sih Revan kenapa sih?," tanya Rafael dengan wajah sok polos

"Aduh lupa gue!, ngapain gue ngomong sama orang yang nggak waras?." Timpal Alvin sembari memukul jidatnya, lalu pergi meninggalkan Rafael.

"Eh...tungguin Gue!," pekik Rafael dan segera mengejar Alvin.

€ €

Bel tanda pulang pun akhirnya berbunyi. Semua siswa/i di SMA Citra Bangsa pun berhamburan keluar kelas.
Gisel, Kesya dan Ririn kini sedang berjalan di koridor sekolah.

"Gisel, Ririn. Gue balik duluan ya, jemputan gue udah datang." Pamit Kesya pada Gisel dan Ririn. "Daa....,"lanjutnya lalu pergi.

"Iya hati-hati." Sambung Gisel sembari melambaikan tangan ke arah kesya dan Ririn juga ikut melambaikan tangan.

"Gisel, lo pulangnya pake apa?," tanya Ririn pada Gisel sambil berjalan ke parkiran.

"Nanti abang gue yang jemput." Jawab Gisel santai, ia lupa kalau hpnya ada di Revan, itu berarti ia tidak bisa mengabari abangnya untuk menjemputnya pulang

"Ya udah, kalau gitu gue balik duluan ya," pamit Ririn sembari menyalakan mesin motor meticnya dan dibalas anggukan kepala dari Gisel.

Setelah Ririn pergi tiba-tiba Gisel bergerak membuka tasnya

"Sekarang gue tinggal ngabarin bang Rangga suruh jemput." Lirih Gisel sembari mencari sesuatu dalam tasnya.

Detik berikutnya Gisel menghentikan pegerakannya dan terdiam sejenak. Dan setelah itu, ia munutup matanya dengan begitu rileks sembari menggigit bibir bawahnya.

RevGis Where stories live. Discover now