HAL-HAL YANG MEMALINGKAN DARI KEBENARAN

Începe de la început
                                    

Al-Imam Al-Mujaddid Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah berkata:

رد الشبهة التي وضعها الشيطان في ترك القرآن والسنة واتباع الآراء والأهواء المتفرقة المختلفة، وهي: أن القرآن والسنة لا يعرفهما إلا المجتهد المطلق، والمجتهد المطلق هو الموصوف بكذا وكذا أوصافاً لعلها لا توجد تامة في أبي بكر وعمر.  فإن لم يكن الإنسان كذلك فليعرض عنهما فرضاً حتماً لا شك ولا إشكال فيه، ومن طلب الهدى منهما فهو إما زنديق وإما مجنون؛ لأجل صعوبة فهمها، فسبحان الله وبحمده! كم بيّن الله سبحانه شرعاً وقدراً خلقاً وأمراً في ردّ هذه الشبهة الملعونة من وجوه شتى بلغت إلى حد الضروريات العامة، وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لا يَعْلَمُونَ. {لَقَدْ حَقَّ الْقَوْلُ عَلَى أَكْثَرِهِمْ فَهُمْ لا يُؤْمِنُونَ * إِنَّا جَعَلْنَا فِي أَعْنَاقِهِمْ أَغْلالًا فَهِيَ إِلَى الأَذْقَانِ فَهُمْ مُقْمَحُونَ * وَجَعَلْنَا مِنْ بَيْنِ أَيْدِيهِمْ سَدًّا وَمِنْ خَلْفِهِمْ سَدًّا فَأَغْشَيْنَاهُمْ فَهُمْ لا يُبْصِرُونَ * وَسَوَاءٌ عَلَيْهِمْ أَأَنذَرْتَهُمْ أَمْ لَمْ تُنذِرْهُمْ لا يُؤْمِنُونَ * إِنَّمَا تُنذِرُ مَنِ اتَّبَعَ الذِّكْرَ وَخَشِيَ الرَّحْمَنَ بِالْغَيْبِ فَبَشِّرْهُ بِمَغْفِرَةٍ وَأَجْرٍ كَرِيمٍ} [يس:7-11]

“Membantah syubhat yang dilemparkan oleh syetan dalam hal meninggalkan Al-Qur’an dan As-Sunnah serta lebih mendahulukan pendapat dan hawa nafsu yang bermacam-macam dan berbeda-beda.

Syubhat tersebut adalah: bahwasanya Al-Qur’an dan As-Sunnah tidak ada yang bisa memahami keduanya selain seorang mujtahid muthlaq (yang sempurna –pent).

Sementara seorang mujtahid muthlaq itu sifatnya demikian dan demikian, yaitu sifat-sifat yang mungkin tidak ada pada diri Abu Bakr dan Umar.

Jadi kalau seseorang tidak memiliki sifat-sifat itu, hendaknya dia wajib untuk berpaling dari Al-Qur’an dan As-Sunnah, tanpa diragukan dan dipermasalahkan lagi.

Dan siapa yang berusaha mencari petunjuk dari keduanya, maka bisa jadi dia orang yang zindiq (munafik) atau orang yang gila, karena sulit untuk memahami keduanya.

Maha Suci Allah dan segala puji bagi-Nya (dari syubhat semacam ini –pent). Sungguh betapa banyak Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menjelaskan berupa syari’at, taqdir, penciptaan dan perintah, sebagai bantahah terhadap syubhat yang terlaknat ini dari berbagai sisi yang banyak yang mencapai batas yang diketahui semua orang, hanya saja kebanyakan manusia tidak mengetahui.

{لَقَدْ حَقَّ الْقَوْلُ عَلَى أَكْثَرِهِمْ فَهُمْ لا يُؤْمِنُونَ * إِنَّا جَعَلْنَا فِي أَعْنَاقِهِمْ أَغْلالًا فَهِيَ إِلَى الأَذْقَانِ فَهُمْ مُقْمَحُونَ * وَجَعَلْنَا مِنْ بَيْنِ أَيْدِيهِمْ سَدًّا وَمِنْ خَلْفِهِمْ سَدًّا فَأَغْشَيْنَاهُمْ فَهُمْ لا يُبْصِرُونَ * وَسَوَاءٌ عَلَيْهِمْ أَأَنذَرْتَهُمْ أَمْ لَمْ تُنذِرْهُمْ لا يُؤْمِنُونَ * إِنَّمَا تُنذِرُ مَنِ اتَّبَعَ الذِّكْرَ وَخَشِيَ الرَّحْمَنَ بِالْغَيْبِ فَبَشِّرْهُ بِمَغْفِرَةٍ وَأَجْرٍ كَرِيمٍ} [يس:7-11]

“Sesungguhnya telah pasti berlaku perkataan (ketentuan Allah) terhadap kebanyakan mereka, karena itu mereka tidak beriman.

Sesungguhnya Kami telah memasang belenggu di leher mereka, lalu tangan mereka diangkat ke dagu, sehingga mereka menengadah. Dan Kami letakkan di hadapan mereka dinding dan di belakang mereka dinding pula, dan Kami tutup mata mereka sehingga mereka tidak dapat melihat.

Sama saja bagi mereka apakah engkau memberi peringatan kepada mereka ataukah engkau tidak memberi peringatan kepada mereka, mereka tidak akan beriman.

Sesungguhnya engkau hanya memberi peringatan kepada orang-orang yang mau mengikuti peringatan dan yang takut kepada Ar-Rahman walaupun dia tidak melihat-Nya, maka berilah kabar gembira kepadanya dengan ampunan dan pahala yang mulia.” (QS. Yaasiin: 7-11) –selesai perkataan Asy-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab–  [4]

Al-Allamah Al-Amir Ash-Shan’any mengeluhkan orang-orang yang telah membuat tirai penutup dan benteng yang kokoh antara manusia dengan usaha untuk mengetahui dan memahami kebenaran dengan dalih bahwa kebenaran adalah sesuatu yang susah dipahami, rumit dan tidak jelas.

Beliau rahimahullah berkata:

فَلَيْتَ شَعْرِيْ مَا الَّذِيْ خَصَّ الْكِتَابَ وَالسُّنَّةَ بِالْمَنْعِ عَنْ مَعْرِفَةِ مَعَانِيْهَا وَفَهْمِ تَرَاكِيْبِهَا وَمَبَانِيْهَا وَالْإِعْرَاضِ عَنْ اسْتِخْرَاجِ مَا فِيْهَا حَتَّى جَعَلَتْ مَعَانِيْهَا كَالْمَقْصُوْرَاتِ فِيْ الْخِيَامِ قَدْ ضُرِبَتْ دُوْنَهَا السُّجُوْفُ وَلَمْ يَبْقَ لَنَا إِلَيْهَا إِلَّا تَرْدِيْدُ أَلْفَاظِهَا وَالْحُرُوْفِ وَإِنَّ اسْتِنْبَاطَ مَعَانَيْهَا قَدْ صَارَ حِجْرًا مَحْجُوْرًا وَحَرَمًا مُحَرَّمًا مَحْصُوْرًا.

“Duhai, apakah yang telah menjadikan Al-Qur’an dan As-Sunnah dikhususkan untuk dilarang mengetahui makna-maknanya, memahami susunannya, dan mengeluarkan kandungannya, hingga menjadikan makna-maknanya seperti para wanita yang dipingit yang telah ditutupi dengan tirai. Dan tidak ada lagi yang bisa kita lakukan selain mengulang-ulang lafazh-lafaz dan huruf-hurufnya saja, dan menggali maknanya telah menjadi sesuatu yang dijauhi, diharamkan dan dilarang.”  [5]

Footnote:

[1] Al-I’tishaam, II/344.
[2] Adabut Thalab wa Muntahal Adab, hal. 85.
[3] Surat Kabar Al-Bashaa-ir vol. 9 tahun 1948 M, sebagaimana disebutkan dalam Majalah Al-Ashaalah vol. 27.
[4] Sittatu Ushuulin Azhimah, hal. 26, dicetak menjadi satu dengan Masaa-il Jaahiliyyah, terbitan Daarul Wathn.
[5] Irsyadun Nuqaad Ilaa Taisiiril Ijtihaad, hal. 85.

Alih Bahasa: Abu Almass –afaallahu anhu–
Rabu, 15 Rajab 1435 H

Istiqomah Di jalan AllahUnde poveștirile trăiesc. Descoperă acum