Pulang Bareng (2)

Start from the beginning
                                    

"Ayok Van, naik," ajak Rafa.

"Lo tuli ya. Gue gak mau Vani kena azab karena telah menduakan suaminya dengan cara pulang bareng sama elo. Sekarang, lo pergi aja deh, sono," usir Vano.

"Lo beneran ngehalu. Ckckck." bisik Rafa sembari menggelengkan kepalanya. "Gue harap, kadar kehaluan lo, bisa dikurangi sedikit, Kak."

Sedangakan Vani, hanya memutar kedua bola matanya malas. Dengan segera, Vani menaiki motor besarnya milik Rafa tentu dengan bantuan tangannya Rafa. Vano yang melihatnya segera menghampiri Vani.

"Ck, ngeyel banget, sih. Gue cuma mau jagain lo, biar gak kena azab," ujar Vano sembari mengangkat tubuh Vani dari motornya Rafa. Kemudian digendongnya Vani ala bridal style.

"Woy, turunin gue!" teriak Vani diatas gendongannya Vano.

"Gue bilang nggak, ya enggak," ujar Vano masih dengan menggendong Vani sembari berjalan menuju parkiran sekolah.

"Dasar cowok brengsek. Lo bikin gue tambah benci sama lo."

"Yup. BENar-benar CInta, kan?" ucap Vano sembari mengedipkan sebelah matanya ke arah Vani. Sedangkan Vani hanya memutar kedua bola matanya dengan malas.

"Lo cowok jahat," seru Vani kesal.

"Memang. Gue, emang jahat. JAtuh HATi sama lo."

"Lo gila!"

"Dan itu karena diri lo, sweety."

DEG.

Satu kata itu, sukses membuat Vani diam. Merasa tak asing dengan panggilan yang baru saja terlontar dari mulut Vano. Vano yang merasa Vani tak melawan lagi, mencoba melirik ke bawah, ke arah Vani. Kemudian tersenyum saat melihat Vani hanya diam saja.

"Dipanggil sweety baru luluh ya? Kalo gitu, gue panggil sweety tiap hari aja deh," ucap Vano yang mengembalikan perhatiannya Vani.

"Turunin gue. Sekarang!" desis Vani tapi tak dihiraukan oleh Vano.

Dengan percaya diri, Vano tetap menggendong Vani sambil berjalan. Hingga tak lama kemudian, Vano merasakan ngilu di area dadanya.

BUGH!

Vani memukul dada bidang milik Vano. Karena pukulan Vani yang sedikit agak keras, tubuh Vano jadi oleng ke belakang. Dengan cepat, Vani mendorong tubuh Vano dan kemudian mendorongnya hingga jatuh terjerembab. Tubuh Vani yang ikut jatuh segera menguasai dirinya. Hingga akhirnya, tubuh Vani jatuh dengan kedua kaki sebagai tumpuannya bukan jatuh terjerembab seperti Vano.

"Makanya, jangan main-main sama gue," ucap Vani kemudian berlari ke arah Rafa. Setelah sampai didekatnya motornya Rafa, cepat-cepat Vani menaikinya.

"Ayo Raf, cepetan jalan. Keburu tuh setan datang lagi," suruh Vani sembari membenarkan roknya agar tidak terlalu ke atas.

"Oh oke."

Dengan cepat, Rafa menanjapkan gasnya, kemudian pergi berlalu dari gedung sekolah. Menghilang masuk ke dalam hiru pikuknya jalan raya yang padat oleh berbagai pengendara jalan lainnya. Karena saat ini, adalah waktunya para pekerja dan murid untuk pulang ke rumah. Vano hanya bisa melihat kepergian Vani dengan hati yang dongkol.

"Udah berani, belajar main KDRT sama gue, ya?" gumam Vano sembari menampilkan smriknya. Kemudian Vano berjalan menuju motornya berada.

"Ya Allah, gini amat nasib gue, dapet jodoh, cewek yang supergirl. Moga-moga setelah nikah, gue nggak langsung mati muda, karena dapet tindakan KDRT setiap harinya. Hmm kalau pas ijab qobul, pasti si Vani cantik banget. Nggak dandan kek gitu aja udah cantik, apalagi didandani ala-ala bidadari. Duh, jadi kepengen cepet-cepet halalin," kata Vano sembari senyum-senyum sendiri. Ketika sadar dengan kelakuan dirinya, Vano segera memukul kepalanya.

"Huh, udah gak waras lagi nih otak. Harus konsultasi sama si bos nih," monolog Vano panjang sembari menaiki motornya. Saat sudah menaiki motornya dan akan mengeluarkan kunci motor, tiba-tiba handphonenya berdering.

"Assalammualaikum. Hal-"

"Kamu dimana. Kenapa jam segini belum pulang. Cepetan pulang. Jangan keluyuran aja," ujar orang diseberang sana dengan perintah mutlaknya.

"Iya bos, ini juga mau pulang. Bos, jangan marah-marah gitu dong. Sakit nih telinganku. Tapi sebelum itu, aku mau mampir sebentar. Ya udah, aku matiin teleponnya, ya. Assalammualaikum."

"Eh bentar. Tap-"

TUT. TUT. TUT.

Dengan kurang ajarnya, Vano mematikan teleponnya. Kemudian memasukkan handphonenya ke dalam saku celana.

"Huh, dasar si bos. Padahalkan gue mau mampir dulu ke suatu tempat. Bodo amatlah, lagian gue cowok. Jadi bebas dong kalau mau pulang malam," ucap Vano sembari memasang helm full facenya. Memasukkna kunci motor dan kemudian menjalannya motornya keluar dari gedung sekolah.

Sedangkan di lain tempat. Vani dan Rafa sudah sampai didepan pintu gerbang rumahnya Vani.

"Ini rumah lo?" tanya Rafa setelah Vani turun dari motornya.

"Iya. Sekali lagi thanks ya Raf. Gue udah repoti elo."

"Santai ajalah sama gue. Ya udah, gue duluan ya."

"Nggak mampir dulu?" tawar Vani.

"Kapan-kapan aja ya. Keburu kesorean nih, " kekeh Rafa.

" Ya udah. Hati-hati."

" Siap."

Rafa menanjapkan gas motor dan kemudian menjalannya menjauh dari rumahnya Vani. Vani masih melihat kepergian Rafa didepan pintu gerbang rumahnya. Hingga tubuh Rafa hilang dari pandangannya, kemudian Vani masuk ke dalam rumahnya.

Seseorang yang sedang bersembunyi segera mencari handphonennya dan segera menghubungi seseorang.

"Halo bang, ini gue. Ternyata bener. Alamatnya masih sama, sama persis seperti yang lo katakan."

"...."

"Oke siap bang."

Setelah sambungan terputus, orang itu segera memasukkan handphonenya kedalam saku celana. Dan kemudian pergi meninggalkan tempat persembunyiannya. Sebelum ketahuan oleh Vani. Pergi keluar dari perumahaan elit yang Vani tempati.

I Love You My Pawang [REVISI]Where stories live. Discover now