16. Album foto dan kilas balik

Start from the beginning
                                    

"Rainne kurusan sekarang. Jarang makan, ya?" gurau tante Devina.

"Aku tuh sebenernya makannya banyak loh, Tan. Tapi enggak tahu kenapa kurus begini," keluh Rainne.

"Enggak apa-apa, kamu tetep cantik kok. Malah cantik banget. Pasti cowok yang naksir kamu di sekolah banyak, ya? Udah punya pacar nih pasti."

Pacar apanya? Anak tante yang itu masih belum juga jadiin aku pacarnya. Boro-boro pacar, dideketin aja susahnya minta ampun, batin Rainne miris.

"Enggak ada pacar ih, Tante. Aku jomblo tau," ujar Rainne sedih.

Tante Devina memandang Rainne dengan selidik. "Kamu mah jomblo juga bukan karena enggak ada yang mau, tapi saking banyaknya yang mau sampe kamu bingung mau sama yang mana, iyakan?"

"Ih enggak gitu tante," kilah Rainne sambil tertawa renyah. Tante Devina juga ikut tertawa. "Aku cuma lagi males aja deket sama cowok."

"Coba kamu sama Angkasa deket, seneng deh tante kalau dia pacaran sama kamu. Kalian di sekolah juga enggak saling kenal ya kayaknya? Enggak pernah ngobrol ya?"

Eh, ini lampu ijo enggak sih? batin Rainne menjerit mendengar kalimat pertama yang dilontarkan tante Devina.

Dalam hati, Rainne sudah heboh jingkrak-jingkrak. Ia bersyukur karena calon mama mertuanya nanti adalah tante Devina yang super baik dan menyukainya. Setidaknya ia tidak perlu memikirkan restu dari tante Devina karena hal itu sepertinya sudah ia dapatkan. Misi utamanya saat ini adalah membuat Angkasa jatuh cinta padanya.

"Kita saling kenal kok, Tan. Beberapa kali juga ngobrol sih, cuma Angkasa kan orangnya dingin banget jadi agak susah mau akrab sama dia."

"Bener, Angkasa emang cuek baget. Persis papanya, kadang tante sendiri cape ngadepin dua manusia supercuek begitu, tapi sekalinya sweet langsung totalitas tuh, Rainne."

Dan obrolan di dalam mobil itu berlanjut dengan cerita tante Devina tentang om Gio dan Angkasa. Rainne dengan senang hati mendengarkan karena segala sesuatu tentang Angkasa benar-benar menarik perhatiannya.

Cerita tante Devina terhenti saat mobil yang mereka tumpangi telah memasuki area rumahnya. Keduanya langsung keluar dari mobil saat kendaraan itu berhenti carport.

Tante Devina menggandeng lengan Rainne saat keduanya berjalan memasuki rumah. Rainne tersenyum saat melihat bagian dari rumah besar itu tidak pernah berubah. Matanya langsung terpaku pada foto keluarga. Tante Devina sangat cantik di foto itu dan di sisi kanan kirinya berdiri dengan kaku dua lelaki yang sangat mirip. Angkasa benar-benar copy-an dari om Gio versi muda.

Ganteng banget yatuhan jodoh gue, batin Rainne gemas ingin meraba-raba foto itu lalu ia ciumi.

"Tadi pagi tante bikin cookies cobain resep baru, Rainne mau cobain enggak?" tanya tante Devina.

"Boleh banget, Tan."

"Bentar, ya. Rainne tunggu sini," titah Tante Devina. Ia meninggalkan gadis itu di ruang keluarga.

"Aku liat-liat foto boleh enggak, Tante?" tanya Rainne.

"Iya, Sayang. Boleh," sahutnya.

Seperginya tante Devina, Rainne asyik melihat-lihat foto yang dipajang di atas lemari pajangan. Kebanyakan foto Angkasa, tentu saja karena anak tante Devina cuma satu.

Tangan Rainne terulur untuk meraih foto Angkasa waktu kecil. Figur yang masih ia ingat sebagai cinta pertamanya. Di foto itu Angkasa memakai pakaian musim dingin dan tersenyum lebar sambil memegang bola salju. Menggemaskan sekali, Angkasa kecil lebih ekspresif ketimbang Angkasa remaja yang datar dan menyeramkan.

Dear AnonymousWhere stories live. Discover now