28. Pesta ulang tahun

975 255 99
                                    

Rainne bersandar pada pinggiran jendela kamarnya sambil memandang ke area kolam, di mana pesta ulang tahun Fanya diselenggarakan. Ia menatapi orang-orang yang mulai berdatangan dan berkumpul di bawah sana, beberapa wajah terlihat tidak asing untuknya karena kebanyakan yang diundang Fanya anak SMA Epsilon.

Karena Fanya sepertinya tidak mengharapkan kehadirannya di bawah sana, Rainne memutuskan untuk berdiam diri saja di kamar. Ia hanya menitipkan hadiahnya pada Mba Sinta untuk ditaruh di tumpukan kado Fanya.

Mendongak, Rainne mentap pada langit gelap yang hanya terlihat satu bintang di sana. Ia tersenyum kecut pada bintang itu.

"Hallo, lo juga sendirian, ya? Padahal di bawah lagi rame banget," ujarnya pelan.

Beberapa saat memandangi bintang itu, Rainne mendadak merasakan kekosongan yang begitu terasa dalam hatinya. Entah sudah berapa lama ia hidup dengan kekosongan seperti ini. Tanpa ia sadari, banyak sekali hal yang telah hilang dari hidupnya.

Bunyi pintu kamar yang tiba-tiba dibuka membuat lamunan Rainne buyar. Saat menoleh, ia mendapati mamanya yang sudah berdandan sangat cantik berdiri di ambang pintu.

"Masih belum siap juga?" tanya mama tiba-tiba pada Rainne.

"Aku kayaknya enggak ikut ngerayain, solanya Fanya ...."

"Kenapa?"

Raut wajah datar mama membuat Rainne diam. Jelas terlihat di wajahnya perintah untuk segera siap-siap dan turun ke bawah. Hanya saja, Rainne ragu. Dengan sikap Fanya seperti tadi padanya, ia yakin cewek itu tidak akan senang dengan kehadiran Rainne di pesta ulang tahunnya.

"Aku enggak yakin Fanya bakal seneng aku hadir di pestanya," ujar Rainne pelan.

"Apa sih isi pikiran kamu ini? Enggak mungkin Fanya kayak gitu. Cepet siap-siap dan turun ke bawah, pestanya sebentar lagi mulai."

Mama langsung keluar dari kamar Rainne setelah mengucapkan kalimat itu. Begitu saja, titahan itu mutlak tanpa bisa Rainne bantah.

Mau tidak mau, Rainne menuruti titahan mamanya. Dengan cepat ia berganti pakaian, sedikit merias wajahnya agar tidak terlihat terlalu polos.

Setelah selesai berdandan, Rainne langsung turun ke bawah. Rupanya pestanya sudah dimulai dan saat ini sudah masuk ke sesi Fanya make a wish sebelum meniup lilin.

Alih-alih menghampiri Fanya dan berdiri berdampingan bersama seperti keluarga, Rainne memilih untuk mengamati dari jauh. Lagi pula, sepertinya Fanya tidak akan suka jika ia tiba-tiba muncul di sampingnya dan mengumumkan ke seluruh tamu jika Rainne adalah kakak tirinya.

Rainne ikut bertepuk tangan saat Fanya meniup lilin. Gadis itu nampak bahagia. Papa dan mama memeluk sembari menciumi gadis itu bergantian. Rainne tersenyum kecil karena melihat mama yang sepertinya sama bahagianya dengan Fanya.

Merasa bosan hanya memerhatikan Fanya yang kini tengah memotong kue ulang tahunnya, Rainne memilih untuk mengambil minuman. Langkahnya terhenti tiba-tiba, gadis itu memekik kaget dan langsung menutup mulutnya saat melihat sosok Angkasa tak jauh darinya.

Gitu tuh kalau berlian dikasih nyawa, silau banget liatnya, batinnya terkagum-kagum sendiri.

Dengan semangat empat lima, gadis itu menghampiri Angkasa. Tidak lupa memamerkan senyum lebar dan merapikan terlebih dahulu rambutnya agar terlihat sempurna tanpa cela di depan gebetannya.

"Hai, Angkasa. Enggak nyangka ya ketemu di sini, udah jelas ini sih artinya jodoh. Kamu ganteng banget sih malam ini hehe," ujar Rainne tanpa jeda dengan sangat tiba-tiba.

Angkasa hanya melirik sekilas, raut wajahnya terlihat agak heran melihat kehadiran Rainne di sini. Namun, ia terlalu malas memikirkan alasan apa yang membuat gadis itu hadir di sini. Dari yang ia tahu, sepertinya Fanya tidak seakrab itu dengan Rainne hingga mengundang gadis itu ke pesta ulang tahunnya.

Dear AnonymousWhere stories live. Discover now