[Najis Baperan]

Gara mematikan ponsel nya lalu memasukan nya kembali ke saku.Tak selang beberapa menit Gara menunggu kembali lah Rendi dengan wajah masam nya.

"Kenapa lo?" Tanya Gara.

Rendi berjalan ke tempat duduk nya ia menyembunyikan wajah nya di lipatan lengan nya.

"Budek banget sih,ditanya kenapa juga. Terus apa kabar cewek tadi Ren?"

Rendi meneggakkan kepala nya, "Tadi saat dia gua tembak dia bilang gini ke gua kamu terlalu Astaghfirulloh buat aku yang Subhannallah, terus yang paling sakit lagi dia dah punya pacar," jelas Rendi panjang lebar.

"Wkwk, sombong dulu sih. Ehh ternyata ada yang punya,"

"Eitss. Gausah sedih, gausah galau yang penting masih ada Levi,Ara, Celsa, Anggi, Rara, Nana, Fitri, Erika, Bunga, Cantika," balas Rendi seraya mengitung dengan jari jemari-nya.

"Dasar buaya darat,gadis sekampung disebutin semua,"

"Dih nyadar lah dikit."

***

Sepulang sekolah tanpa melepas seragam nya ia duduk di sofa ruang tamu dan menyalakkan ponsel nya lalu mengetik kan pesan kepada seseorang. Dan ia tersenyum entah apa yang ia pikir kan.

"Chat ah," gumam Gara.

RERE CALON PACAR

GaraPratama
[Save ya cantik]

Tak selang beberapa menit ponsel Gara berbunyi. Dengan semangat Gara menyalakan ponsel nya kembali.

Rere Calon Pacar
[Cantik mate lo]

GaraPratama
[Ga boleh gitu dong sayang]

Rere Calon Pacar
[Kepala lo peang!]

GaraPratama
[Udah dibilangi ga boleh gitu]

Rere Calon Pacar
[Lo cewek apa cowok?]

GaraPratama
[Cowok]

Rere Calon Pacar
[Skip ada gay. Sorry nomor lo
gua blokir,karena gua masih
normal]

Anda telah diblokir

"Devan tolol," umpat Gara.

"DEVAN"

GaraPratama
[WOI ADEK KELAS LAKNAT,
KELUAR LO!!!]

Devan
[Paan sih sat,gausah ngegas]

GaraPratama
[Nomor yang lo kasih
ke gua tadi siapa?]

Devan
[Rere lah siapa lagi emang]

GaraPratama
[Tapi dia bilang cowok goblok,
mana tadi gua dikatain gay]

Devan
[Bentar]

[Wkwk sorry bro, gua lupa nama
Rere dikontak gua ada dua ternyata, karena nomor Rere yang dulu di pakai abang nya dan belum gua ganti]

GaraPratama
[Berarti gua tadi chat abang nya
Rere dong?]

Devan
[Iyalah]

GaraPratama
[Nyesel guaminta nomor ke lo.
Cepet sini kirim nomor Rere
yang digunakan sekarang]

Devan

Send contact

GaraPratama
[Thanks]

Devan
[Yoi]

Devan Anggoro, adek kelas Gara sekaligus anak tetangga sebelah rumah. Dia juga teman sekelas Rere Anjani, cewek cantik nan judes yang Gara tabrak dikoridor saat jam istirahat disekolah tadi. Entah apa yang dipikiran Gara yang pasti ia ingin sekali memiliki Rere. Mungkin Gara sudah move on yah dari di Rena.

***

Setelah Devan mengirim kontak Rere pada Gara, Gara masih ragu untuk mengirimkan pesan, trauma kah?
Hingga Gara tertidur sampai pukul malam di sofa ruang tamu dengan sepatu yang masih belum dilepas begitupun dengan seragam nya. Keadaan rumah Gara saat sepulang sekolah tadi memang lah sepi, karena tadi pagi mama nya bilang jika ingin mengunjungi rumah kakek yang ada di Malang, dan akan menginap disana selama beberapa hari, tak lupa juga dengan Reno, dan Algi. Gara mengerjapkan mata nya,gelap? Itu yang ia lihat.

Cowok itu meraba-raba untuk menemukan ponsel nya. Setelah ketemu ia melihat jam pada layar ponsel nya. Mata nya membola sempurna ternyata sekarang sudah setengah 18.30. Dengan segera ia menyalakan senter di ponsel dan mencari saklar lampu.

Setelah menyalakan semua lampu, ia menuju kamar mandi. Ritual mandi nya sudah selesai. Gara kembali turun ke bawah untuk membuat nasi goreng. Dengan cekatan Gara membuat nasi goreng itu kini telah di hidangkan sepiring, dengan porsi yang cukup. Gara memakan dengan khidmat tanpa gangguan namun itu hanya beberapa menit saja.

Terdengar petir sambar menyambar. Suara nya terdengar cukup keras membuat Gara ketakutan. Phobia itu berawal dari Gara yang pernah melihat dengan mata kepala nya sendiri saat bermain air hujan bersama teman sekampung di lahan terbuka dan salah satu dari teman nya tersambar petir dan mengakibatkan meninggal ditempat kejadian.

Gara menyambar gelas yang berisi air lalu meneguk nya hingga tandas. Ia berlari menuju kamar,mengunci pintu kamar dan memposisikan wajah nya tengkurap dengan bantal yang berada dikepala menutupi kedua telingga untuk meredam suara petir. Keringat dingin membasahi pelipis, ia sangat lah takut.Biasa apabila ada petir ia akan tidur dengan adik nya, tapi untuk saat ini tidak bisa.

"Kenapa harus ada petir sih," gumam Gara.

Terlalu lama Gara menunggu hujan lebat disertai petir berhenti, akhir nya Gara menyusul alam bawah sadar nya.


Vote and Comment.

Tbc.

 G A R A [ Di Pending ]Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon