Unknown Journey Bagian 1

785 292 169
                                    

"Persahabatan tidak dipaksakan untuk saling mengerti karena sahabat akan saling menerima hal yang tak bisa dimengerti"




Happy reading

Seorang gadis melangkahkan kaki di koridor sekolah yang sudah lumayan ramai, seperti biasa, ia menyumbat indera pendengarannya menggunakan earphone, berjalan angkuh tanpa mempedulikan apapun dan siapapun yang ada di sekitarnya, malas sekali rasanya setiap hari ia harus berhadapan dengan bisikan-bisikan dari senior dan tatapan iri dari teman seangkatannya.

"AUDRE!" gadis itu sampai tersungkur lantaran teriakan tiba-tiba itu.

Sabar, masih pagi. batin Audree.

"Bisa gak teriak?" Audree mencoba tetap tenang.

"Salah lo sendiri, lagian kenapa lo jalan sambil ngayal? Ngayal jadi ketos?" tuduh gadis yang berstatus sebagai sahabat Audree itu.

"Jadi siswa biasa aja gue males," ujar Audree sambil memejamkan matanya.

"Baper amat, sana beresin meja lo, bentar lagi apel pagi kita harus ke lapangan, yang lain udah pada nunggu, gue gak mau kena hukuman bu Modi lagi," ucap sahabat Audree, membayangkan wajah guru yang terkenal paling killer itu, bukankah guru BK sudah harus diganti? Kenapa guru yang satu itu sangat abadi dengan jabatannya.

Audree melangkah ke dalam kelas, melempar tas yang sebelumnya bertengger dipunggungnya ke atas meja, lalu melangkah keluar kelas dengan tampang tak berdosa, mengabaikan tatapan sinis dari ketua kelasnya.

Audree dan Lexa, sahabatnya, berjalan menuju lapangan beriringan, dari kejauhan Audree dapat melihat ke empat sahabatnya yang kurang waras sudah menunggu sambil cengar-cengir kuda. Bagaimana bisa dikatakan waras jika mereka telah membuat satu barisan khusus seperti cacing, mereka memang satu sekolah namun dengan jurusan yang berbeda, mereka selalu membentuk satu barisan dengan seragam yang berbeda-beda dan selalu berakhir dibawah tiang bendera.

Bibir Audree melengkung, membentuk senyum tipis.

"Jangan bilang apa yang gue pikirin bener, Dree," ujar Lexa curiga.

"Harusnya Lo bangga, hormat didepan bendera."

"Tapi setau gue, hukuman itu bukan suatu kebanggaan, deh, harusnya lo tahu itu, lo kan anak Paskib," pedas Lexa.

Audree yang kesal langsung belok ke barisan yang ada di sebelah kanan, barisan khusus jurusan keperawatan, dapat ia lihat tatapan jengkel dari ke empat sahabatnya yang di suruh Lexa kembali ke barisan masing-masing. Memang diantara mereka hanya Lexa yang masuk dalam organisasi Osis. Sudah bisa dipastikan setelah apel pagi ini ia tidak akan bisa duduk tenang dikelasnya.

*****

Disinilah Audree bersama kelima sahabatnya bermukim, kantin. Setelah apel pagi selesai, Audree langsung diseret menuju kantin, padahal jam pelajaran pertama sudah dimulai, firasatnya tadi benar ia tak bisa duduk tenang didalam kelas, bahkan mungkin ia tak akan bisa mengikuti pelajaran hari ini, mengingat beberapa hari lalu mereka libur dan ia tak pernah gabung jika sahabat-sahabatnya berkumpul.

"Mau pesen apa? Biar gue pesenin," tawar Lexa.

"Gue soto aja," ucap Crystal.

"Gue mie ayam," timlal Gya.

"Gue maunya pizza, titik!" spontan semua menatap ke arah Jane.

"Najis," kompak Gya, Lexa, dan Rahfa.

Jane menatap Crystal sambil memanyunkan bibirnya hingga maju beberapa senti.

Unknown Journey [ SUDAH TERBIT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang