Pintu dibuka oleh pelayan yang berjaga di sana. Taylor sampai menahan napas saat melihat banyak sekali orang di dalam sana, setiap tahunnya selalu begitu. Tapi kali ini dia datang bersama Carlos, setelah sekian lama menghilang. Rasa gugup langsung menyerangnya.

Semua orang terdiam dan pandangan mereka tertuju pada tokoh utama acara ini. Taylor semakin gugup, dia melihat tatapan para wanita yang terkejut, karena dia berdiri di samping Carlos, mengapit lengan kekarnya.

Taylor melirik Carlos yang terlihat sangat tenang, dia berusaha melepaskan tangannya, tapi Carlos lebih dulu menariknya pergi. Carlos tersenyum pada setiap rekan bisnis yang menyapa. Sampai di depan keluarganya, Carlos baru melepaskan tangan Taylor.

“Taylor,” panggil Phoebe—saudari bungsu Carlos, terkejut melihat keberadaan Taylor. Dia baru tahu kalau wanita ini sudah kembali ke Boston.

Phoebe juga termasuk orang yang tidak pernah tertarik dengan apa yang diberitakan media, jadi dia tidak tahu kabar Taylor dan Carlos yang sedang heboh beberapa hari ini. Wanita itu mendekati Taylor dan memeluknya erat. Dia sangat merindukan Taylor, biasanya kalau Taylor datang ke mansion, dia akan berbagi cerita dengannya.

I miss you, bagaimana kabarmu?” tanya Phoebe. Para wanita yang melihat interaksi itu merasa iri pada Taylor, karena sejak dulu dia sudah dekat dengan keluarga Reynalds.

I’m fine.” jawab Taylor, tersenyum. Lalu tatapannya tertuju pada Thomas dan Alana.

“Taylor,” sapa Tom.

Uncle Tom.” balas Taylor, sopan. “Aunt Alana,” sapanya pada Alana. Wanita paruh baya itu tersenyum.

“Kamu tunggu di sini dulu, aku harus naik ke panggung untuk memberi sambutan.” kata Carlos.

“Ya, pergi saja sana!” pinta Phoebe, mengusir Carlos dan mengajak Taylor pergi ke sudut lain.

“Kamu tahu beberapa tahun ini adalah tahun-tahun yang sangat memberatkan, aku kehilangan teman ceritaku.” kata Phoebe, sifatnya memang seperti itu, tapi dia tidak manja.

Taylor terkekeh. “Kamu bisa menemukan teman baru untuk bercerita, Caitlin mungkin. Aku pergi terlalu lama ya?” tanya Taylor, Phoebe memutar bola matanya.

“Empat tahun itu sangat lama dan kamu tidak pernah kembali. Kate? Dia sangat dingin, aku seperti berbicara pada tembok kalau bercerita padanya.” jawab Phoebe, jengkel memikirkan sifat kakak perempuannya.

“Oh ya, di mana Caitlin, aku tidak melihatnya?” tanya Taylor, dia baru sadar tidak melihat keberadaan Caitlin sejak tadi.

“Dia ke toilet, tapi belum kembali hingga sekarang.” jawab Phoebe. Taylor hanya ber–oh–ria.

Taylor berusaha fokus berbicara pada Phoebe dan tidak mendengar bisikan-bisikan para penggemar Carlos di belakang dia. Intinya mereka merasa iri pada Taylor. Hanya wanita itu satu-satunya yang paling tahu hal mengenai Carlos.

Mereka juga membanding-bandingkan Veronica dan Taylor. Telinga Taylor sudah memanas, tapi satu hal yang dia tangkap dari para penggosip itu. Mereka ternyata tidak tahu pekerjaan Veronica yang sebenarnya, sepertinya Carlos tidak pernah mengekspos hal itu di media.

“Jangan pedulikan mereka, sampai akhir hidup nama tengah mereka tetaplah membicarakan dan mengurus hidup orang lain—bukan pekerjaan yang penting.” kata Phoebe, mengeraskan suaranya agar para wanita penggosip tadi dengar.

Phoebe menatap tajam wanita-wanita tersebut, Taylor berusaha menahan tawanya. Kalau sudah mendapat tatapan tajam dari Phoebe, harapan mereka untuk mendapatkan Carlos sudah pupus. Phoebe tahu yang mereka inginkan hanyalah harta dan popularitas, contohnya Veronica. Carlos sangat bodoh waktu itu.

VOUS ATTEINDREWhere stories live. Discover now