· s h o e s ⁰⁶ ·

28 13 2
                                    

Halo, readersQ!
Sudah hampir separuh jalan untuk cerita ini sebelum mencapai label tamat. Jangan bosen ditungguin kelanjutannya, ya, aku usahain cepet selesai karena alurnya juga mau aku buat seringan mungkin tapi gak ringan-ringan banget. Oh iya, di sini akhirnya aku spill kehidupan baruku di dunia perkuliahan walaupun gak terlalu keliatan karena tokoh utamanya adalah si Naren. Selamat menikmati~

"Yakin gak ke kafe? Lo pelanggan setia, lho." Laki-laki itu menatap adik tingkatnya, sembari bertanya untuk memastikan.

"Dih, bahasanya apaan banget. Gak segitunya juga kali."

"Tapi, kan, lo emang sering ke kafe. Jadi secara gak langsung lo pelanggan setia."

"Iya, deh." Atha menanggapi dengan raut malas yang dibuat-buat. "Tapi tetap aku gak ke sana hari ini."

"Beneran, nih?"

"Iya, Kak, bener. Aku mau hibernasi hari ini."

"Oke kalau gitu, jangan nyesel, ya."

"Iya, Kak. Hati-hati di jalan."

"Lo juga. Hati-hati pulangnya."

Naren beranjak dari sana, menuju parkiran untuk mencapai motornya. Sambil melangkah, dia merogoh bagian samping tas untuk mencari karcis parkir.

Menaiki motornya, lalu memakai helm. Setelahnya Naren langsung melajukan motornya.

Melewati pos satpam dan memberikan karcis parkirnya, kemudian motor Naren bergabung dengan kendaraan lainnya di jalanan yang cukup padat. Yaa, lalu lintas di sekitar kampusnya memang selalu padat. Dekat dengan jalur tol membuat banyak kendaraan besar yang berlalu-lalang di sana.

Fokus mengemudi, akhirnya Naren tiba di Kafe Legenda.

Tampaknya mengunjungi kafe itu sudah menjadi suatu kebiasaan baru bagi laki-laki 20 tahun itu. Hampir setiap hari, dia selalu menyempatkan diri untuk datang ke sana.

Ketika masuk, keramaian kafe menyambutnya. Tidak ada yang menggunakan Panggung Kisah saat ini.

Naren tidak menemukan batang hidung Akvi di mana pun, menandakan bahwa temannya sekaligus pemilik kafe ini masih sibuk dengan jadwal kuliah. Tidak terlalu menghiraukan hal itu, dia mengambil langkah menuju lantai dua kafe. Seperti tujuan awalnya, dia ingin mengerjakan tugasnya di tempat yang tenang itu. Tugas kali ini harus segera dia selesaikan sebelum nantinya sibuk dengan praktik psikodiagnostik.

Sang dosen mata kuliah tersebut telah memberi tahu lebih dulu tugas seperti apa yang akan mereka dapatkan bulan depan. Namun, tetap saja belum bisa dipersiapkan dari sekarang karena bahan-bahannya yang belum diberi tahu. Hanya ada satu yang pasti, mereka–para mahasiswa psikologi semester lima–harus mencari satu junior untuk menjadi testee pada praktik tersebut.

Naren sudah memikirkannya tentu saja. Nama gebetan Akvi langsung muncul di kepalanya saat sang dosen menjelaskan mengenai hal itu. Berharap saja semoga belum ada mahasiswa seangkatannya yang sudah menghubungi Atha duluan

Mengambil tempat duduk di salah satu meja panjang, kemudian Naren mengeluarkan tablet serta note book dan pulpennya dari dalam tas. Detik berikutnya, barulah dia menangkap sosok itu duduk di salah satu meja kecil, terlihat menatap kosong ke arah luar jendela. Ada satu cangkir di meja yang ditempatinya, terlihat kosong, menandakan gadis itu sudah berada di sana untuk waktu yang lama.

[✓] To be in His ShoesWhere stories live. Discover now