31. Dia Begitu Licik

694 126 6
                                    

Domble yang mendengar teriakan Zia pun, langsung berhenti berlari dan menoleh ke belakang. Zia terjatuh, sedangkan beberapa monster lumpur mulai mendekati gadis tersebut.

Monster dengan tubuh besar dan warna cokelatnya itu berlari begitu kencang, membuat Zia merasa ketakutan sekaligus panik.

Zia berusaha menyelamatkan dirinya dengan cara merangkak, membiarkan ranting dan batu tajam menggores, sedikit demi sedikit kaki dan tangannya.

Ia tidak peduli dengan luka dan rasa sakit tersebut. Yang terpenting adalah bagaimana caranya agar dirinya berjarak lebih jauh dari monster tersebut.

Domble yang tidak menginginkan hal buruk terjadi pada Zia pun akhirnya, melempar beberapa batu ke arah monster berwarna cokelat tersebut.

Namun, sayangnya karena bentuk tubuh monster tersebut yang terbuat dari lumpur, membuat batu tersebut tembus dan melewati tubuh monster dengan mudah.

Zia tidak tahu harus melakukkan apa, tenaganya sudah terkuras habis dan napasnya mulai tersenggal-senggal.

Sedangkan monster tersebut semakin lama semakin mendekat. Tiba-tiba liontin delima putih yang berada di leher Zia, langsung bersinar terang. Benar-benar menyilaukan.

Argg!

Monster tersebut tiba-tiba terbakar dengan sendirinya. Meninggalkan kepulan asap dan pasir yang mengenai wajah Zia.

"Zia, kau tidak apa-apa?" tanya Domble yang langsung berlari mendekati Zia, setelah monster tersebut hilang.

"Liontin ini," gumam Zia sambil memandang bingung benda kecil di lehernya tersebut.

"Dia menyelamatkanmu," ucap Domble yang dibalas dengan anggukkan dan tatapan yakin oleh Zia.

Zia terus memandang liontin tersebut, memutar dan melihatnya dengan tajam, apakah ada sihir yang terkadung di dalam liontin tersebut?

"Sudahlah Zia, jangan memikirkan hal itu sekarang. Yang harus kita lakukan sekarang adalah keluar dari jebakkan ini," tegur Domble.

"Baiklah," ucap Zia lalu berdiri dan mulai melangkah keluar dari jebakkan pohon Brudle.

***

Hari tetap saja terlihat gelap, cahaya yang terletak di depan jebakkan pohon Brudle tadi hanyalah, sebuah sinar yang bertahan hingga lima belas menit, dan setelah itu keadaan kembali gelap.

"Sebaiknya kau mencari tahu, apa kegunaan delima putih tersebut, Zia," ujar Domble yang sudah bosan melihat Zia yang terus, mengamati liontin tersebut dengan tajam.

"Aku tidak tahu apa kegunaan, ataupun sihir yang dihasilkan oleh delima ini," gumam Zia.

"Aku hanya menemukkan petunjuk sebelum akhirnya menjalankan misi ini. Di mana, petunjuk itu hanya mengatakan jika aku harus mencari delima putih." Zia menjelaskan dengan wajah gusar.

Dengan gilanya, Zia hanya mengambil dan mengikuti petunjuk tersebut tanpa, mencari tahu lebih dalam tentang delima putih itu.

"Terserahmu Zia, aku hanya ingin beristirahat. Badanku seolah terasa hancur setelah melewati jebakkan tadi," ujar Domble lalu mulai menutup matanya secara perlahan.

"Apa kau tidak pernah mendengar informasi tentang delima ini?" tanya Zia yang berhasil membuat Domble membuka matanya kembali.

"Kau sudah hidup ratusan tahun yang lalu, kau pasti mengenal dan pernah mende-"

Ucapan Zia terpotong ketika, tiba-tiba Domble menyelanya dengan nada yang cukup ketus.  "Aku tidak tahu."

Gadis itu menghela napas kasar, lalu ikut bersandar di bawah pohon. Berusaha tidak memikirkan tentang delima putih tersebut, yang ternyata susah untuk ia lakukkan.

LUIZIA [SUDAH TERBIT]Where stories live. Discover now