23. Keanehan

817 146 5
                                    

Zia terus melihat gerak-gerik Luiz, pria itu mulai turun lebih dalam ke bawah tanah, hingga tubuhnya tidak terlihat lagi.

Gadis itu bingung. Baru kali ini ia melihat tangga yang menghubungkan langsung dengan bawah tanah.

Namun, merasa tidak ada yang perlu di curigai, Zia kembali masuk dan menuju tempat tidurnya. Entahlah kepala dan matanya terasa begitu berat.

Alih-alih ingin memejamkan matanya dan tidur. Zia seolah-olah memiliki dorongan untuk melihat Luiz yang berada di bawah sana.

"Untuk apa, Luiz, berada di bawah tanah?" pikir Zia.

Mata sekaligus kepalanya ingin sekali untuk tidur, tapi otak dan hatinya menyuruh gadis itu untuk menyusul Luiz.

"Aku harus melihatnya!" seru Zia, lalu bangkit dari kasurnya dan mulai keluar dari kamar kecilnya.

Gadis itu berjalan dengan perlahan, tidak ingin menimbulkan suara apapun yang nantinya akan terdengar oleh Luiz. Meningat, Luiz adalah manusia serigala, yang mampu mendengar sesuatu lebih jauh dari tubuhnya.

Ketika Zia sudah sampai pada lorong bawah tanah, gadis itu di kejutkan dengan suara yang tiba-tiba memanggilnya.

"Zia? Sedang apa, kau?" tanya Luiz.

Pria itu berada di depan kamarnya, membawa secangkir minuman di tangannya, dan memasukan tangan satunya ke saku celana.

Zia hanya diam. Merasa malu dan bingung, bagaimana pria itu berada di atas sana?

Hanya beberapa menit Luiz meninggalkannya untuk tidur, dan sekarang? Pria itu sudah di atas sana sambil membawa minuman?

Ini benar-benar aneh!

"Aku penasaran dengan ruangan itu," jawab Zia gugup, sambil menunjuk ruangan gelap di bawahnya.

Luiz tertawa kecil. "Itu gudang. Aku baru saja melihatnya," ujar Luiz.

"Untuk apa kau melihatnya?" tanya Zia sambil menatap Luiz.

Pria itu masih terus tertawa. "Aku sering memangsa hewan dan menaruhnya di sana. Hanya untuk makanan cadangan," jawab Luiz, lalu meninggalkan Zia.

Zia memandang punggung Luiz yang semakin menjauh. Tidak ada hal yang harus di curigai dari pria bermata cokelat itu.

"Aku terlalu penasaran," guman Zia, lalu menyusul Luiz ke ruang tengah.

Ruang bawah tanah itu terlalu gelap jika hanya di sebut sebagai ruangan. Aura di dalamnya pun seperti aura jahat yang memanggilnya.

"Kapan kita akan mencari, William?" tanya Zia, lalu duduk di samping Luiz.

"Malam nanti," jawab Luiz cepat.

Zia menghela napas, semoga ia berhasil menemukan William malam nanti, sudah dua hari pria itu tidak kembali.

Mustahil jika seorang magus yang hidup ratusan tahun dan mengenal hutan ini, sampai tersesat karena lupa arah untuk kembali.

"Di mana tujuan awal kita?" Zia kembali bertanya.

"Tempat di mana kau pergi kemarin malam," jawab Luiz, yang berhasil membuat Zia terdiam.

Tempat di mana Zia menemukan delima putih itu? Mana mungkin! Tempat itu hanya Zia yang boleh tahu. Tidak dengan Luiz ataupun orang lain.

"Tapi, aku sudah lupa di mana tempatnya," ujar Zia berbohong.

Luiz menoleh dan melihat mata hitam Zia. "Baiklah, kita menuju tempat lain," balas Luiz tenang, sambil berdiri dan menuju kamarnya.

LUIZIA [SUDAH TERBIT]Where stories live. Discover now