Nampaknya, Calista sekarang terlihat berbeda. Rambut panjang hitamnya kini sudah berganti dengan rambut coklat kemerahan sebatas bahu, nampak cocok untuk Calista. Gadis itu jadi semakin terlihat dewasa dan tentu saja semakin terlihat cantik dengan rambut barunya.

"Welcome back, Ra, Ki" ujar Calista pada Maura dan Kinara yang berdiri di sebelah mereka setelah melepas pelukannya.

"Wow! Lo makin cantik aja" puji Calista melihat penampilan Kinara dengan gaya rambut yang sama dengannya, sebatas bahu, bedanya Calista masih mempertahankan poninya sedangkan Kinara tidak memiliki poni.

"Kak Tata juga" puji Kinara balik.

"Gue gak lo puji nih?" gurau Maura.

"Lo mah gak usah ditanya lagi, tetep lo yang paling cantik!" balas Calista mengundang tawa mereka. "Eh? Ben sama Joe gak ikut?"

"Loh, bukannya mereka udah duluan ya kemarin?" tanya Kinara sedikit bingung.

"Oh ya? Gue gak tau, mereka gak ngabarin soalnya" jawab Calista.

"Kak Rey mana?" tanya Maura yang celingak-celinguk mencari keberadaan Reyhan.

"Rey gak ikut, lagi banyak kerjaan"

Maura tersenyum kecut. "Atau emang benci gue karena udah buat Arkan pergi ..." lirihnya lalu tertunduk. Perkataan Maura sontak membuat Calista dan Kinara saling memandang satu sama lain.

Tahun lalu adalah tahun kehancuran bagi mereka. Mereka mengalami banyak kehilangan orang-orang yang mereka sayang, terkhususnya Kinara dan Maura. Merekalah yang paling terpukul diantara mereka yang masih berkabung. Namun Calista sigap memasang badan untuk menghibur mereka hingga mereka bisa beralih melupakan dan menjalani kehidupan baru mereka.

Tentu tidak akan mudah melupakan kenangan-kenangan yang sudah melekat ke dalam diri mereka. Bukan untuk melenyapkan, lebih tepatnya menyimpannya di tempat terdalam hingga tak ada seorangpun yang bisa menyentuhnya.

Calista berdeham lalu membuka suara, "Pulang yuk! Capek gue nungguin lo berdua"

Maura mengangkat wajahnya dan mengangguk. "So, berarti lo ke sini sendiri dong?"

"Nggaklah, sama supir. Mana boleh gue nyetir sendiri sama mereka"

"Mereka?" tanya Kinara bingung.

"Kakak gue sama Rey" jelas Calista, Kinara hanya ber-oh ria.

"Hmm ,,, gue setuju sih sama mereka. Bar-bar lo kan belum ilang, kalo nyungsep gimana?"

Calista mendelik kesal. "Sialan! Gak kompak lo!"

Maura terkekeh pelan. "Gue lebih sayang sama nyawa sahabat gue"

"Iiiihh, kok Rara gemesin sih ...?"

"Najis lo!"

☃☃☃

Sepanjang perjalanan suasana terasa hening karena baik Maura, Calista dan Kinara sama-sama terdiam. Calista yang duduk di depan samping supir sedang sibuk memainkan ponselnya, dan dibelakangnya-Kinara memilih menatap luar jendela mobil memandang jalanan, begitu juga yang dilakukan Maura di sampingnya. Memilih menatap gedung-gedung tinggi menjulang dari kaca mobil. Semuanya tidak berubah, masih terlihat sama sejak ia meninggalkan kota ini setahun yang lalu.

Maura membeku sejenak, hatinya serasa dicubit lagi saat mengingat kejadian tahun silam. Maura memejamkan mata seraya menarik napas dalam-dalam lalu menghembuskannya pelan. Gadis itu membuka matanya dan menoleh ke arah Calista yang kini tengah menatapnya khawatir.

Maura melemparkan senyuman tipis ke arahnya. "Sebelum balik, boleh anter kita ke sana dulu?"

Pertanyaan Maura sontak membuat Kinara menolehkan kepalanya cepat, menatap Maura dengan sorot penuh arti. Maura membalas tatapan itu, ada sorot luka dan kesedihan di mata Kinara ketika ia kembali membahasnya.

My Cold Prince 2 || (T A M A T)Where stories live. Discover now