[HHMH PART 2]

427 298 161
                                    


Jangan lupa VOMEN, & Share.

JANGAN JADI SIDER

Skali-kali gtu kan, buat senang Mars. Jangan cuman nyenangin doi kalian gitu. Kadang yg jomblo bisa apa, liat ke wuu an orang.

 Kadang yg jomblo bisa apa, liat ke wuu an orang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ketika hati tak sinkron dengan mulut"

"Gila, badan gue pegel-pegel, kenapa bisa berantam sih? Sok-sokan lagi mau ngelawan." Erland duduk di lapangan itu, ia menselonjorkan kakinya. Menghapus bekas darah pada bibirnya. "Malah diam lagi," di ikuti Olif yang duduk di sampingnya.

"Ngapain masih disini? Gak baik cewek di luar jam segini, banyak setan,"

"Lo kali setannya," Erland mendengus. "Bukannya bilang makasih malah diusir," Olif menekuk kakinya, matanya menatap lapangan yang cukup membuatnya merinding.

"Makasih, maaf juga ucapan gue tadi pagi."

"Enak aja lo, lo pikir gue maafin lo gitu? Lagian siapa sih yang gak nangis pas di bilang gitu,"

"Ya maaf, gue suka aja bikin tampang seram pas nemu orang baru. Kesan pertamanya biar kayak cool gitu."

"Kamvrett lo."

Erland memandang leher Olif cukup lama, mencari sesuau yang membuatnya penasaran, Olif yang di tatap seperti itu jadi canggung, "Ih ngapain sih liat-liat, mau mesum lo?"

Untuk yang kedua kalinya Erland mendengus. "Leher lo gak papa?" tanya Erland, mengingat bahwa Olif sempat terkena pisau.

"Gak papa, cuman kegores doang, luka lo lebih parah. Ke Dokter aja yuk."

"Gak usah, udah biasa." Olif merasa ada yang mengalir di bawah sana, matanya melebar. Dia lupa pembalut yang dia beli sudah dia lempar pada wajah Arga tadi. "Hmm, kerumah gue aja deket kok dari sini." Bagaimana jika dia bocor? Rasa malu akan berlipat-lipat ia sembunyikan.

"Gak usah, btw lo jago berantem juga yah," Olif tak menanggapi, pikirannya tertuju pada benda yang dia lempar pada wajah Arga, ia meremas perutnya. Rasa sakit kembali menyerangnya, "Lo dengar gak sih?"

"Hah, ia-a ia." Erland merasa ada yang aneh pada gadis di sampingnya. "Belum makan lo?"

"Udah kok, gak mungkin gue belum makan jam segini."

"Sakit perut?" Selidik Erland, ia benci di bohongi, walaupun ia sering berbohong pada bundanya, karena sering berantem. Terlebih dengan keadaan adiknya.

"E-nggak, gue gak papa. Lo tuh, yang kayak mau meninggoy."

"Ayok," Erland berdiri, dan mengulurkan tangannya. "Kemana? Gak ah, entar lo aneh-aneh lagi."

Erland mendorong dahi Olif dengan tangannya. "Otak lo perlu di loundry, kalau gue mau mesum sama lo dari tadi aja gue bawa ke hotel. Cepat berdiri."

Olif menatapnya tajam, namun ia tetap menurut untuk berdiri, kemudian mengikuti Erland sampai ke motor besarnya. "Mau kemana?"

He Healed My Heart (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang