13 | NOSTALGIA FIRST MEET

135 96 143
                                    

☘☘☘

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

☘☘☘

"Aw, sakit!"

"Tahan sedikit. Aku sudah pelan-pelan mengoleskannya pada lenganmu tahu!"

Arashel kembali mengoleskan ramuan herbal dari ekstrak daun medicus pada lengan Satria. Lelaki itu menolak untuk diobati di pusat kesehatan istana karena tak ingin terlihat oleh peri di sana. Yah, alasan laki-laki itu masuk akal juga. Bahkan Arashel tak menyadari saking khawatirnya dengan luka lebam itu.

"Tapi betulan sakit, Arashel," rajuk Satria seperti anak kecil yang mengadukan lukanya pada Sang Bunda.

"Iya, aku tahu," jawab Arashel. Ia dengan hati-hati mengoleskan ramuan hijau itu agar tidak menyakiti Satria lebih-lebih dari ini.

Melihat Arashel yang sedang mengobati lukanya, Satria jadi ingat dengan momen awal pertemuan mereka. Saat ia diserang Meelo---kucing peliharaan Arashel yang tak suka ia beri makan biskuit. Pertama kalinya ia merasakan sentuhan kulit sehalus sutra itu dengan kesadaran penuh. Dan sekarang ia merasakannya, lagi.

"Jangan suka melamun," ucap Arashel membuat Satria kembali ke alam nyata.

Astaga! Lagi-lagi Satria melamun saat memikirkan peri di hadapannya ini.

"Saya nggak ngelamun kok," kilah Satria.

"Kau melamun, kau menatapku tanpa kedip barusan," ucap Arashel sambil merotasikan bola matanya. Tangannya masih sibuk mengobati lengan Satria.

Satria terkekeh lantas menggelengkan kepalanya. "Nggak, saya nggak ngelamun. Saya lagi mengagumi keindahan yang ada di depan saya sekarang," ucapnya enteng.

Sontak saja ucapannya itu membuat kegiatan Sang Peri berhenti. Netra keabu-abuan itu menatap pada netra legam milik Satria. Sorot matanya bingung bercampur terkejut. Dua kali dalam sehari ini laki-laki itu membuat Arashel tersentak kecil, terlebih-lebih pada hatinya.

Sekian lama hening menyelimuti, tanpa sadar Satria telah menggeser posisinya lebih dekat pada Arashel. Tangan besarnya terangkat, merapikan helaian rambut-rambut nakal yang menutupi wajah peri itu saat menunduk untuk mengobatinya tadi. Dan pemandangan indah di depannya itu membuat Satria mati-matian menahan dirinya sendiri.

Tidak, ia tidak boleh melakukannya. Walau sebenarnya ia sangat ingin.

"Beberapa hari saya terdampar di sini, kamu pasti udah tau kalau saya ini tipikal orang yang selalu jujur apapun keadaannya," ucap Satria dengan menatap wajah cantik Sang Peri yang juga sedang menatapnya dalam.

Arashel hanya mengangguk sebagai jawaban. Ia masih menunggu Satria melanjutkan ucapannya.

"Saya ... saya mau jujur sama kamu," kata Satria agak gugup.

"Jujur? Tentang apa?" tanya Arashel.

"Kalau...." Satria menggantung ucapannya.

"Apa?" desak Arashel karena penasaran.

[✔] Dominic's WorldWhere stories live. Discover now