Rachel tersenyum. "Nggak pa-pa," ujarnya.

"Tapi, Hun--"

"Hm?"

"Kalau nanti aku yang nyakitin kamu dan minta maaf kayak apa yang kamu lakuin, kamu bakalan kayak aku, nggak? Yang langsung bilang nggak pa-pa?" tanya Rachel membalas tatapan Sehun.

Sehun mengangguk. "Hm. Sebelum kamu minta maaf, aku bakalan bilang nggak pa-pa tiap kamu lukain aku."

Gurat kesenduhan tidak dapat Rachel sembunyikan dari wajahnya. Ia begitu merasa bersalah sekali pada lelaki itu.

Bagaimana bisa ia menanyakan hal tersebut pada Sehun?

Harusnya ia tahu, apa yang ia lakukan tidak pantas untuk dimaafkan.

"Jangan terlalu baik," ujar Rachel berusaha untuk berdiri.

Sehun membantu Rachel berdiri, menuntun perempuan itu untuk duduk di sofa.

"Itu hak aku. Lagian aku nggak minta dibalas, kok."

Rachel menatap Sehun dengan senyum tipisnya. "Sok ih."

Sehun membalas senyuman milik Rachel, kemudian menggenggam tangan milik perempuan itu erat. "Kenapa jari-jari kamu kecil banget, sih?" tanya Sehun.

"Imut, kan? Nggak sama kayak jari-jari kamu. Tapi, jari-jari kamu lumayan bagus. Nggak kayak cowok lain. Kadang aneh bentuknya," ujar Rachel sambil tertawa kecil.

Jari-jari.

Entah mengapa konteks percakapan mereka adalah jari-jari. Membuat Rachel memikirkan seseorang lelaki dengan jari-jemari lentiknya yang selalu berhasil membuat Rachel iri.

"Dasar kamu. Jari-jari pun diperhatikan?"

Rachel mengangguk. "Hm."

Sehun menatap Rachel dengan tatapan tenangnya, membuat Rachel hampir salah tingkah dibuatnya.

Jujur, Rachel memang tidak suka dengan sikap Sehun di awal pertemuan mereka, tapi Rachel sama sekali tidak pernah mengabaikan paras tampan lelaki itu.

Dan ketampanan Sehun semakin bertambah seiring dengan mereka yang semakin dekat. Apalagi sikap Sehun yang sekarang ini sangat berbeda di awal mereka kenal.

"Maaf untuk awal perkenalan kita, yah. Aku maksa banget," ujar Sehun pada akhirnya.

Rachel lagi-lagi memperdengarkan tawa kecilnya. "Dimaafkan," sahutnya begitu saja.

Sehun menatap Rachel dengan alisnya yang mengernyit. "Kok gampang banget?"

"Iya, kayak kamu yang gampang banget maafin aku kalau punya salah. Aku juga belajar kayak gitu."

"Apa kamu udah mulai nerima aku?"

"Meskipun hubungan kita nggak baik di awal dan bahkan mungkin nggak normal, tapi semenjak kamu datang di hidup aku, aku selalu siap menerima apa pun yang terjadi. Karena kalau aku nggak terima apa yang terjadi dan apa yang datang, maka aku akan sulit untuk hidup."

Sweet But Psycho (RSB 7) Sudah Terbit ✔Where stories live. Discover now