Alisa Chandra Kurnia

5 1 0
                                    

Setelah pulang dari kantor aku langsung pergi ke stasiun untuk menjemput kembaran ku yang super dingin.

Aku menunggu kedatangannya dengan berdiri, bangku yang disediakan sudah terisi penuh dengan orang-orang yang menunggu juga. Mungkin mereka juga menunggu kedatangan anak, adik, kakak atau teman. Karena bulan ini adalah bulannya mahasiswa liburan jadi stasiun ini penuh.

Aku dengan mudah melihat kembaran ku menggeret sebuah koper berukuran kecil ke arahku.

Aku melambaikan tangan agar dia melihat keberadaan ku.

Gadis yang mengenakan gamis berwarna hitam dan jilbab hitam itu sudah ada di hadapanku.

"Bawain dong, Na" katanya menyodorkan koper.

"Enak aja, gue capek ya abis kerja terus ke sini, mana macet lagi" sungut ku padanya.

"Lagian lu ngapain bawa koper sih? Pake ransel aja napa, biar gak usah geret-geret segala"

"Kalo gue bawa ransel berat, Na. Jadi gua mending geret koper aja, biar gak digendong" ucapnya sambil membenarkan jilbabnya yang terbawa angin.

"Yaudah buruan balik dah, ibu sama ayah udah pulang" aku berjalan lebih dulu.

Aku menyetop taksi yang lewat dan meminta bantuan kepada supirnya untuk memasukkan koper Sasa ke dalam bagasi.

"Lu kapan ngambil kuliah?" Tanya Sasa saat kami sudah duduk nyaman di dalam taksi.

Taksi pun berjalan setelah aku mengatakan alamat tujuan kami.

"Nanti dah, gue masih betah dapet penghasilan"

"Nanti-nanti aja elu mah, nanti nanti elu keburu males" omelnya karena memang selalu kata 'nanti' yang keluar dari mulutku kalau ada orang yang menanyakan 'kapan aku kuliah?'.

"Baru dateng udah ngomel-ngomel"

"Gue ngomel karena gue sayang sama kembaran gue ini, kalo elu gak kuliah ntar lu bodoh, terus ntar gue juga yang malu punya kembaran bodoh"

"Anjir lu" aku menampar pipinya pelan.

Nah kan kalian lihat, dia itu dingin kalau dengan orang yang tidak dikenalnya saja. Kalau dengan orang yang deket sama dia baru keluar bawelnya. Kalau supir di depan itu, dia tidak menganggapnya penting, jadi dia masa bodo.

"Jakarta masih aja macet" ujarnya setelah tidak ada percakapan di antara kami berdua.

Ya, kami sekarang sedang menikmati jalanan yang macet.

Sudah biasa kan kalau kamu tinggal di ibukota. Sudah jadi makanan sehari-hari.

Oh ya, sebenarnya bisa saja Sasa pulang menggunakan mobil pribadi karena memang ayah sudah menyiapkan masing-masing mobil untuk kami. Tapi kami lebih memilih menggunakan kendaraan umum saja daripada kendaraan pribadi.

Wanita di keluargaku menggunakan hijab. Ibu dengan hijab simpelnya, aku juga sama seperti ibu, dan Sasa dengan hijab syar'inya. Kadang aku bingung, Sasa itu kan ambil jurusan kedokteran terus kalau pakai kerudung yang besar seperti itu apa tidak menggangunya? Dan aku pernah menanyakan hal itu kepadanya. Dan jawabannya kalian tau?

"Kalo lu udah niat pasti gak akan ngenganggu apapun yang lu ambil dan pasti selalu ada jalannya" begitu jawaban dia saat aku menanyakannya. Mantap banget kan dia itu, dia adikku tapi terkadang aku merasa bahwa dia adalah kakakku karena dia terkadang lebih dewasa daripada aku. Dan dia juga lebih tegar daripada aku.

Dan banyak sekali laki-laki yang selalu mendekatinya tapi dia selalu menolaknya. Prinsipnya adalah 'Pacaran itu sesudah menikah'  jadi setiap ada yang mendekatinya dia akan menolaknya mentah-mentah.

The Planning Where stories live. Discover now