Melodious Laugh

32 4 0
                                    

Aku perempuan.
Twenty something...
Aku tidak pernah mengira
kalau perasaan bisa serumit ini.
Aku pernah dekat dengan beberapa lelaki,
Namun tidak pernah seperti ini.
Di luar sana, banyak lelaki yg membuka diri.
Namun tidak ada yg semisterius ini.
Aku mengenalnya tak sengaja.
Jauh dari predikat babang tamvan.
Haha.
Tapi sungguh karismatik.
.
Tunggu, kamu tidak akan tertarik dalam sekali curi tatap.
Tapi cobalah berbincang dengannya.
Aku sih bisa mencerca apa saja.
"Geblek ni anak!" tukasku yg disambut gelaknya.
Ah. That melodious laugh...
Entah bagaimana tawa bisa sejernih itu..
Toh kini aku sudah lupa.
Tapi aku jadi teringat momen di tengah-tengah hazelnut latte sore itu.
Caranya mencondongkan tubuhnya menghadapku ketika bersebelahan.
Caranya memicingkan mata, mengangkat sebelah alis ketika mendengarku berceloteh konyol.
.
Geez its been a while...
Aku mendambakan chemistry yang hadir tanpa disapa.
Tapi kamu tau apa yang paling aku rindukan?
Diriku sendiri, dalam versi ketika sedang bersama bocah nakal satu itu.
Aku tidak pernah merasa secantik itu.
Selugas itu. Sekonyol itu.
I was happy and content.
Sadar tidak?
Kalau kalimat terakhirku sudah dalam bentuk lampau.
.
Kemudian,
Aku sempat mengira aku sudah bahagia.
Hingga suatu malam mendapati diriku sesenggukan mendengarkan lagu-lagu dangkal.
"Menetaplah...
Lebih lama..
Dari matahari..."
Yaelah apaan sih?
Ini tentang dua orang yg tidak harus berhadapan? Tidak harus bersama.. tapi cukup diikat di tulang belikatnya?
Jadi meski berpunggungan, akan tetap bahagia?
Lama-lama aku jadi tolol.
Tapi, ah...memang Saldi tau cara menyajikan sedih yg paling sedap.
.
Bagaimanapun juga,
Aku memilih pergi.
Toh aku tidak pernah bisa memberikan nama pada hubungan itu.
Aku tidak mau mengungkit SARA maupun status yg mengitarinya.
Lagian, ini bukan ujaran kebencian.
Aku memang pergi, tapi aku tidak pernah benci.
Tidak pernah sanggup.
Mungkin itu alasanku dulu meminta dia yg pergi.
Namun tidak pernah diamininya.
Well, not all relationships end with closure.
So I create my own. I ghost.
.
Mungkin kepergianku yg tanpa pamit sempat meninggalkan tanda tanya.
Tapi aku malah curiga dia sudah bersandar lega.
Aku pun tidak mau susah-susah bertanya.
Bagiku tidak akan punya pengaruh apa-apa.
Keputusanku melepaskan sudah telak.
Namun seperti yg sudah-sudah,
Melepaskan bukan melulu soal melupakan, bukan?
Semoga kita bisa menerima kenyataan,
Seapa adanya.

KISADARAWhere stories live. Discover now