#9 - Tutorial Membuat Anak 🔞

Começar do início
                                    

"Daripada jadi gelandangan seumur hidup lebih baik kita tuntaskan ini."

"Kau enak, tinggal celup beres. Aku, harus hamil dulu, gendut dulu selama sembilan bulan. Bayangkan, bagaimana dengan kuliahku? Kau mikir tidak, sih?"

"Ya, itu resikomu, dong!"

"Semuanya jadi kacau. Padahal dari dulu aku inginnya berciuman dan melakukan seks dengan orang yang aku cintai," gerutu Krist. Menerawang dengan raut penyesalan. Bibirnya ia majukan beberapa senti.

Singto meletakkan laptopnya. Duduk menghadap Krist.

"Kau pikir aku mau melakukan seks dengan makhluk jadi-jadian sepertimu?" Krist mendelik dengar ucapan Singto. "Ingat, ya ... Bukan kau saja yang ingin berciuman dan seks dengan orang yang kau cintai. Aku juga!"

"Terus ... Kenapa kau mengajakku nge-seks?" Kali ini nada Krist agak meninggi.

"Ih, siapa juga yang mengajakmu. Kan ini kau duluan yang setuju atas saran P'Off dan P'Arm!"

"Tapi awalnya kau yang iya iya saja untuk memberi mereka keturunan!"

"Tapi ini semua itu gara-gara kau keceplosan. Coba kalau mulutmu itu bisa direm. Pasti tidak ada kejadian seperti ini!"

"Lho, kau menyelahkanku? Hey, Singtuan ... Aku keceplosan juga karena kau!"

"Enak saja kau menyalahkanku? Kau dan mulutmu itu yang salah!"

"Mulutmu itu yang harusnya dijaga! Segala pakai bilang secepatnya memberi keturunan!"

Singto tak terima. Ia membalas ucapan Krist. Krist juga. Akhirnya, malam itu mereka adu cekcok jilid sekian.

"Ini gara-gara kamu, Singtuan!" Krist memukul kepala Singto menggunakan guling. Saking kesalnya.

"Ini gara-gara kamu, Kit!" Tak ingin kalah, Singto memukul Krist menggunakan bantal.

Dan malam itu, selain cekcok mereka juga adu pukul menggunakan bantal guling. Tak hanya itu, mereka juga saling sepak, jambak, dorong dan saling banting bagai permainan smack down.

"Aw! Singtuan, sakit!" pekik Krist mengusap pinggangnya. Singto baru saja membanting tubuhnya setelah panjangnya pertempuran.

"Bagaimana, enak 'kan? Rasakan ini!" Singto menggebuk Krist menggunakan guling berkali-kali.

"H-hey, Singtuan ... Pelan-pelan!"

Sementara itu, keluarga Ruangroj yang mendengar keributan pun berkumpul di depan kamar Singto. Nyonya Ruangroj sudah memerah mukanya. Berbeda dengan Off, Gun, dan Tuan Ruangroj yang tersenyum penuh arti.

"Astaga, aku tak menyangka anak kita sudah dewasa," ucap Tuan Ruangroj.

"Adik yang selalu merengek padaku sekarang sedang membuat bayi, aku juga tak menyangka, Pho ...," timpal Gun.

"Singto benar-benar hebat. Dengar suaranya, Kit sampai kualahan," Off terkikik.

"Ck! Kalian ini ... Ada-ada saja. Sudah, ah ... Mae mau tidur!" Nyinya Ruangroj yang sudah teramat malu memilih untuk beranjak.

Sepeninggalan Nyonya Ruangroj, Off mengeluarkan ponselnya. "Aku harus katakan ini pada Arm."

***

Paginya, Singto dan Krist disambut dengan tatapan penuh godaan di ruang makan. Mereka bingung dan canggung sekaligus. Setiap gerak-geriknya serasa diamati oleh anggota keluarga mereka.

"Kit pasti lelah ...," Gun ambil suara sembari memakan nasi gorengnya.

"Hah?" Krist terkesiap tak mengerti. Tapi ia mengangguk saja biar cepat urusannya. "Iya. Lelah."

Game Over Love [Singto X Krist - Completed]Onde histórias criam vida. Descubra agora