23 | Sesuatu Yang Mengintai

90 14 7
                                    

Sarah memperhatikan dari jauh gerak-gerik Safira dan Gia yang selalu saja kemana-mana bersama. Ia sudah mendengar kabar kalau Gia akhirnya batal menikah dengan Fakhrul setelah apa yang Papanya lakukan. Tapi yang tak bisa ia terima adalah, Farid akhirnya memutuskan menikahi Gia.

Saat ini Sarah harus terus melarikan diri dari aparat Kepolisian. Ya, dia berhasil melarikan diri saat Papanya ditangkap. Namun sialnya, dia tidak lagi diterima oleh keluarga suaminya saat mereka tahu perbuatan kotor Papanya. Ia diusir dan dicampakkan begitu saja seperti sampah. Ia tidak lagi diperlakukan seperti tuan putri seperti dulu oleh banyak orang.

"Semua ini karena Fira! Semua ini karena Gia yang ikut campur masalahku dan Fira! Mereka berdua harus kuhancurkan! Tidak peduli sesulit apapun, aku akan tetap berusaha membuat mereka menderita!" geram Sarah.

Gia telah masuk ke Kantor Guru lebih dulu, sementara Safira berjalan ke arah perpustakaan untuk mencatatkan buku pinjaman anak-anak kelas 10 yang diajarnya tadi. Sarah keluar dari mobilnya diam-diam, ia berjalan mengendap-endap menuju ke arah perpustakaan yang selalu luput dari pengawasan pihak sekolah.

Safira terlihat sedang mengobrol bersama penjaga perpustakaan, Sarah mengintip dari jauh ke arah pintu yang terbuka. Sarah sedang menunggu kesempatan, namun sepertinya kesempatan sedang tak berpihak kepadanya. Fakhrul terlihat muncul dan berjalan ke arah perpustakaan bersama Farid.

"Sialan!!! Kenapa sulit sekali mendapatkan kesempatan untuk membawa Safira bersamaku???" umpat Sarah.

Fakhrul melihat ke arah Safira sesaat, lalu tiba-tiba berbalik ke tempat di mana Sarah mengintip di kejauhan. Matanya seakan mencari-cari sesuatu. Sarah pun segera melarikan diri dari sana agar tak beresiko diketahui oleh orang lain.

"Akh Fakhrul? Apa yang kamu cari?" tanya Farid.

"Entahlah Akh Farid, saya merasa ada seseorang yang sedang mengawasi ke arah sini," jawab Fakhrul.

"Mengawasi? Maksudnya apa Akh Fakhrul? Jangan menakut-nakuti!" ujar Nur - Pustakawati di Madrasah Aliyah.

"Saya bukan menakut-nakuti Ukhti Nur, hanya kan tidak ada salahnya kalau kita berhati-hati. Di belakang sini lokasinya jarang terlihat oleh orang lain. Titik buta," sanggah Fahkrul.

"Benar juga apa yang Akh Fakhrul katakan Ukhti Nur, di sini memang lokasi titik buta. Tidak ada yang bisa menebak siapa-siapa yang bisa masuk ke area ini, akan lebih bagus kalau ada CCTV untuk memantau lokasi di belakang sini," saran Safira.

"Boleh. Saya setuju kalau seperti itu. Demi kebaikan bersama, CCTV adalah jalan keluar terbaik untuk memantau tempat ini," Nur akhirnya setuju setelah mengerti maksud Fakhrul tadi.

"Baiklah, saya akan katakan pada Akh Wahyu hari ini juga agar CCTV dipasang untuk memantau lokasi perpustakaan ini," ujar Fakhrul.

Sarah mengemudikan mobilnya keluar dari area dekat Madrasah Aliyah. Ia mengumpat habis-habisan saat rencananya membawa Safira gagal total akibat Fakhrul yang tiba-tiba mengawasi area sekeliling perpustakaan.

"Awas kamu Fira, hari ini kamu bisa lolos dari aku. Tapi lain kali, kamu akan benar-benar akan masuk ke dalam cengkramanku!"

* * *

Wahyu menatap ke berbagai penjuru yang ditunjukkan oleh Fakhrul sore itu. Setelah mendengar apa yang Fakhrul katakan mengenai lokasi perpustakaan yang begitu tak terlihat oleh orang lain, ia pun segera memanggil pegawai toko perlengkapan CCTV.

"Jadi ada enam titik ya yang akan dipasangi CCTV?" tanya Wahyu.

"Benar sekali Akh, agak menyeramkan kalau sampai ada orang yang bersembunyi di belakang sini tanpa kita ketahui. Keenam titik yang saya sarankan ini sudah sangat bagus untuk memantau dari semua sudut" jawab Fakhrul.

Wahyu mengangguk-anggukan kepalanya. Ia menatap ke arah pegawai toko perlengkapan CCTV yang dipanggilnya tadi siang.

"Ada enam titik Pak yang akan dipasangi CCTVnya," ujar Wahyu.

"Baik Pak, akan segera kami pasang CCTVnya."

Wahyu berjalan-jalan bersama Fakhrul untuk melihat kondisi lokasi itu sepenuhnya. Sekolah sudah sepi, anak-anak dan Guru-guru sudah pulang sejak jam tiga tadi.

"Saya benar-benar baru sadar kalau lokasi perpustakaan sekolah kita sangat tidak terlihat dari depan sana. Kamu benar, sangat menyeramkan kalau ada orang yang bersembunyi di sini lalu melakukan hal yang tidak-tidak. Apalagi yang paling sering ke perpustakaan adalah Akhwat," Wahyu melihat beberapa pohon yang menutupi jalanan.

"Itulah yang saya katakan tadi pada Ukhti Nur. Entah kenapa tiba-tiba tadi perasaan saya tidak enak lalu terpikir untuk mengawasi area ini. Perasaan saya sangat berbeda tadi," ungkap Fakhrul.

Wahyu menatap Fakhrul yang terlihat sedang melamun. Pandangannya menerawang entah kemana.

"Perasaanmu tidak enak bagaimana? Apa maksudnya?" tanya Wahyu sambil duduk di kursi bawah pohon.

"Entahlah Akh Wahyu. Tiba-tiba saja saya merasa ada yang memperhatikan ke arah pintu perpustakaan, padahal saat itu saya baru saja masuk ke sana bersama Akh Farid. Saya lalu berbalik dan menatap ke area sekitaran luar sini untuk memastikan apakah ada orang atau tidak," jelas Fakhrul, sesuai dengan apa yang ia rasakan tadi.

Wahyu berpikir keras setelah mendengar penjelasan Fakhrul. Ia berusaha mencerna apa yang pria itu katakan.

"Intinya, apapun yang sebenarnya terjadi pada perasaan saya tadi, sekarang kita sudah melakukan pencegahan terhadap hal-hal buruk. Insya Allah, semua akan terhindar dari bahaya jika bisa dipantau," ujar Fakhrul.

"Iya Akh Fakhrul. Pendapat kamu memang benar," Wahyu setuju.

* * *

"Jadi, akan ada CCTV yang dipasangi untuk memantau area Perpustakaan?" tanya Gia.

"Iya Mi, Akh Wahyu sudah setuju dengan usulan tersebut. Mungkin saat ini dia dan Akh Fakhrul sedang berkoordinasi dengan orang-orang yang akan memasang CCTVnya," jawab Farid.

Gia duduk di samping suaminya setelah menyajikan teh di atas meja ruang tamu.

"Tapi kok bisa ya Akh Fakhrul tiba-tiba merasa ada yang sedang mengawasi ke arah perpustakaan seperti yang Abi ceritakan?" Gia merasa aneh.

"Kalau itu Abi tidak tahu Mi. Hanya Akh Fakhrul yang bisa menjelaskan apa yang dia rasakan saat itu. Abi sendiri juga tidak mengerti sebenarnya," balas Farid.

"Pasti ada sesuatu, karena Akh Fakhrul tidak mungkin mengada-ada mengenai hal-hal seperti itu. Dia hanya akan menakut-nakuti semua orang kalau berani mengarang cerita seperti itu."

Farid tersenyum.

"Ukhti Nur juga sudah bilang begitu tadi, tapi Ukhti Fira membenarkan apa yang Akh Fakhrul katakan dan juga khawatirkan. Jadi mereka pun setuju untuk membicarakan masalah CCTV pada Akh Wahyu saat kembali ke Kantor Guru," tutur Farid.

"Kalau Ukhti Fira membenarkan, berarti memang ada yang tidak beres. Ummi takut, kalau sampai terjadi apa-apa pada siswa dan siswi yang datang ke perpustakaan. Apalagi, lebih banyak Akhwat yang sering datang ke perpustakaan itu."

Farid pun merangkul istrinya agar tenang. Ia tersenyum dengan manis.

"Insya Allah Mi, tidak akan terjadi apa-apa selama semua diatasi sejak awal."

* * *

Berserah Kepada-Nya [PROSES PENERBITAN]Onde as histórias ganham vida. Descobre agora