12 | Yang Paling Pertama

81 11 7
                                    

Farid terpaku di tempatnya berdiri ketika melihat sosok Gia yang sedang memeluk Rahmi dengan erat. Ia dan Agus berniat menjemput Rahmi untuk mengajaknya pulang, namun pemandangan itu sungguh menjadi hal paling tak terduga dalam hidup Farid.

Ia melirik ke arah Fakhrul yang terlihat mencoba untuk tetap tersenyum meskipun mungkin dia kecewa. Kemungkinan besar Fakhrul bisa saja memulai langkah mundur untuk tidak berharap pada Gia.

Gia melepas pelukannya pada Rahmi. Ia tersenyum pada Wanita paruh baya itu dengan sangat tulus.

"Nak, kalau sekarang juga Ibu kembali mengkhitbahmu untuk menikah dengan Farid, apakah kamu akan menerima khitbah ini?" tanya Rahmi bersungguh-sungguh.

DEG!!!

Semua orang jelas lebih tak menduga akan apa yang Rahmi tanyakan pada Gia saat itu. Namun Gia sendiri terlihat sangat tenang saat pertanyaan itu terlontar dari mulut Rahmi. Gia tersenyum sambil menggenggam tangan Rahmi dengan lembut.

"Bu, saya sudah mendengar apa yang terjadi pada Akh Farid. Saya ikut bersedih dengan hal buruk yang terjadi padanya ketika mengkhitbah Wanita itu. Namun mohon maaf, saya sepertinya tidak bisa menerima khitbah dari Akh Farid kali ini," jawab Gia.

Farid pun pasrah dengan jawaban yang sudah keluar dari mulut Gia saat itu. Lastri mendekat pada Gia dan memegang tangannya dengan cepat.

"Neng Gia! Kamu ini bicara apa? Kenapa kamu menolak khitbah yang datang padamu Nak?" tanya Lastri, marah.

Gia tersenyum untuk menenangkan Ibunya.

"Sabar Mi, biar aku jelaskan dulu," pinta Gia.

Lastri pun kembali melepas pegangan tangannya pada Gia. Gia kembali menatap ke arah Rahmi yang masih ada di hadapannya.

"Jadi aku benar-benar minta maaf Bu, aku tidak bisa menerima khitbah dari Akh Farid. Ada seseorang yang sudah mengkhitbahku lebih awal dari Akh Farid hari ini Bu, dan Insya Allah aku akan merimanya malam ini juga," jelas Gia.

"Siapa yang sudah mengkhitbahmu lebih dulu Neng?" tanya Lastri, kaget.

Ismail mendekat dan segera merangkul Fakhrul untuk membawanya ke hadapan Lastri.

"Mi, ini calon menantu kita. Dia yang datang tadi sore untuk mengkhitbah Putri kita, namanya Ahmad Fakhrul Latif," ujar Ismail.

Lastri pun memegangi dadanya yang masih berdebar-debar karena rasa terkejut. Ia menatap ke arah Yuni dan Yuni pun menyambutnya dengan pelukan.

"Tenang ya Bu Hajjah, Insya Allah semua akan berjalan dengan baik seperti yang kita harapkan pada anak-anak," ujar Yuni, yang sudah tahu kalau Putranya memang telah mengkhitbah Gia sore tadi.

"Amiin yaa rabbal 'alamiin. Insya Allah Bu, Insya Allah," balas Lastri penuh haru.

Safira memeluk Gia untuk memberikan selamat pada sahabatnya. Gia membalas pelukan itu dengan penuh rasa bahagia. Ismail menatap Gia sekali lagi.

"Jadi bagaimana Neng? Sudah bulat keputusannya untuk menerima Nak Fakhrul?" tanya Ismail.

Gia hanya diam saja sambil tersenyum dari balik niqob-nya. Safira membantu Wanita itu untuk bersembunyi pada bahunya.

"Kalau kamu terus diam, maka Abi akan memutuskan bahwa jawabanmu adalah iya."

Ismail menatap Fakhrul dan memeluknya seperti Putranya sendiri. Yuni pun mendekat pada Gia untuk melakukan hal yang sama.

"Syukron ya sayang, Ummi percayakan Fakhrul padamu agar kamu bisa mendampinginya sampai kalian menua bersama nanti," ujar Yuni sambil memakaikan cincin di jari manis Gia sebagai simbol pengikat antara Gia dan Fakhrul.

Berserah Kepada-Nya [PROSES PENERBITAN]Where stories live. Discover now