Track 16 : Dialogue

494 110 52
                                    

Sebelum gue resmi jadian sama Wina, kita cuma ketemu tiga kali sebelum akhirnya gue menyatakan perasaan gue tepat di pertemuan kita yang keempat. Jadi dulu gue sama Wina lebih sering berkomunikasi lewat sosial media.

Di pertemuan kita yang ketiga, baru gue berhasil mendapatkan nomor telepon dia karena tepat di titik itu pula gue yakin bahwa gue mau mencoba serius.

Awalnya gue sangsi, selalu bertanya-tanya apakah Wina saat itu lagi punya pacar atau enggak. Makanya sejak awal kita saling mengikuti di media sosial, gue stalk akun Wina sampai habis, tuh. Daily update story-nya juga selalu gue perhatikan baik-baik.

Tetapi gue bukannya ketemu sama konklusi saat itu dia lagi pacaran apa enggak, malah semakin gue perhatiin, guenya justru semakin gemas dan makin nggak bisa tahan diri untuk nggak terjatuh lebih dalam lagi.

Dan ternyata dia nggak punya pacar.

Punyanya saudara kembar.

Gue sempat mengerjap beberapa kali setelah lihat salah satu foto Wina sama Edwin, mereka itu cukup mirip, tapi nggak mirip. Dan yang bikin gue yakin kalau mereka cuma saudara kembar, ya adalah keterangan di unggahan foto itu sendiri.

Akun milik Edwin tersemat di sana, sayang, pas gue mau buka akunnya, ternyata digembok sama seperti Wina dulu.

Usai lega urusan mencari tahu status Wina, esoknya gue lihat story dia yang hanya layar hitam dengan backsound lagunya Adele yang All I Ask, mengingat itu adalah unggahan dia setelah beberapa hari lalu nggak aktif. Gue langsung membalas unggahan tersebut menanyakan kabar dia.

Dia bilang dia baik-baik saja, gue senang. Tetapi perasaan gue berubah sedikit saat dia mulai bertanya,

a.naraissa
Hari Senin ada acara nggak, Kak?

Gue buru-buru mengetik balasan.

nunciussidereus
Nggak, kayaknya.
Ada apa?

a.naraissa
Aku mau minta tolong boleh?
Sekali ini aja, Kak.

Gue refleks tersenyum, seandainya dia tahu, mau berkali-kali dia meminta tolong pun sepertinya akan gue sanggupi, asalkan sama dia.

nunciussidereus
Boleh dong.
Kenapa tuh?

a.naraissa
Anterin aku lihat hasil tes, mau nggak, Kak?

nunciussidereus
Keluarga kamu nggak ada yang antar?

Butuh waktu cukup lama sampai balasan darinya datang, berkali-kali gue lihat dia mengetik tetapi tidak ada satu pun balasan yang masuk.

Sampai akhirnya sebuah balasan pendek membuat gue ingin menghampiri dia dan memeluknya detik itu juga jika saja gue bisa.

a.naraissa
Enggak ada Kak. Edwin sibuk sendiri. Bunda sama ayah juga kan Senin baru sibuk-sibuknya.

Maka di pertemuan kita yang ketiga itulah, pertama kali gue menjemput Wina menggunakan mobil gue.

Dia nggak banyak bicara selama perjalanan menuju universitas tujuannya, kalau gue nggak bertanya sesuatu, ya, dia akan diam. Saat kita sudah sampai di sana pun tidak banyak yang berubah, dia tetap diam. Entah dia sudah merasa perasaannya nggak enak atau bagaimana.

Sampai kita berdua berdiri di depan papan pengumuman, untuk pertama kalinya gue bisa melihat rona wajahnya yang cerah luruh perlahan menjadi segaris raut murung.

Wina nggak diterima di universitas dan jurusan yang dia inginkan.

Dia terdiam beberapa menit di sana, sesekali menghela napas berat, pandangannya nggak pernah lepas dari papan itu. Gue nggak sampai hati melihat dia sedih, tetapi di sisi lain gue juga bingung harus menghibur dia bagaimana, karena mungkin dia telah kehilangan cita-cita yang selama ini dia impikan. Dan itu bukan perkara mudah.

Soundtrack : A Miniature FinaleWhere stories live. Discover now