Track 13 : Can't Hold You (part 3)

476 110 37
                                    

Galileo memandang sekilas arloji yang melingkar pada pergelangan tangannya, lalu kembali menempelkan layar ponsel itu persis di depan daun telinganya.

Ceritanya tidak akan serumit ini jika saja panggilan masuk dari Adwina beberapa menit lalu berhasil diangkatnya. Sial, Leo sedang tidak dalam suasana diri yang baik sehingga dengan malasnya ia menjejalkan ponsel ke dalam tas dan melemparnya ke atas jok mobil terbelakang.

Leo sudah cukup menyesal, karena itu adalah balasan pertama sang gadis dari sejak kemarin ia mengabaikan seluruh usaha Leo untuk menghubunginya.

Jadi di situlah Leo berakhir, ia turut mengabaikan presensi Brian, Wira, dan Gian yang sudah hadir di dalam studio untuk sedikit berlatih dan membahas tentang acara yang akan Antares hadiri esok.

Leo beralasan menunggu Ayi di luar studioㅡsebab pemuda yang satu itu belum terlihat batang hidungnya sejak tadiㅡpadahal alasan lain, Leo ingin sekali menghubungi balik Adwina karena ia tahu ini adalah waktu yang tepat, mungkin gadis itu baru saja menyelesaikan tugasnya atau sekadar mengambil waktu istirahat jaga.

Percobaan pertama dan kedua gagal, Leo sekali lagi menghubungi nomor yang sama untuk yang ketiga kali.

Butuh waktu lama bagi Leo menunggu panggilan itu diangkat, ketika panggilan terangkat pun Leo tidak segera mendengar suara gadisnya, ada jeda hening beberapa detik sampai Leo memutuskan untuk mengalah dan bersuara lebih dulu.

"Win?"

"Hm?"

Leo tertegun, demi apa pun, ada rasa rindu dan khawatir saat ia mendengar suara Adwina. "Kamu di mana?"

"Di jalan."

"What?"

"Di jalan, baru mau pulang."

"Oh, okay, take care." Leo mendadak tidak tahu harus mengatakan apa. "Naik taksi?"

"Iya."

"Wina, maaf yang kemarin. Maaf, aku nggak bermaksud bohong, jujur aku cuma nggak mau lihat kamu makin jauh dari Edwin. Maaf udah bikin kamu kecewa."

"Setelah dipikir-pikir, kamu nggak salah, Gal. Justru harusnya aku yang minta maaf dan sadar diri, kalau aku selama ini selalu memaksa kehendak kamu."

"Win, aku nggak mau dengar itu."

"Kamu harus. Udah berapa kali kamu jadi susah cuma karena kehadiran aku? Sekali? Dua kali? Enggak, aku rasa lebih."

"Oke, mungkin aku kemarin ngelanggar omongan aku sendiri. Sorry, I'm so sorry, that's my regret. But now, let's do this together. Tell me what should I do, tell me what do you want."

"I was said 'nothing'?"

"Enggak, Win, itu bukan jalan keluar. Please, please, jangan begini, jangan sembunyiin apa pun."

"Aku nggak sembunyiin apa pun, Gal, demi Tuhan. Kamu mau aku gimana lagi?"

"Stop pretending to be okay, Win! You not!" Leo tanpa sengaja menaikkan nada bicaranya, bersamaan dengan ujung matanya yang berserobok dengan pasang mata milik Ayi yang baru saja melewati areal sempit itu.

Tetapi Leo tampak tidak peduli, ia yang sudah lelah kembali berbalik dan mendengar bagaimana suara di ujung telepon menyahut tidak kalah lelahnya.

"Terus aku harus apa?!"

"Ngomong, Win. Ngomong! Aku harus apa buat bantu kamu? Apa yang bisa aku lakuin buat ngubah kondisi kita yang kayak gini? Aku mau kita keluar dari masalah ini, aku nggak mau lihat kamu tanggung beban sendirian!"

Soundtrack : A Miniature FinaleWhere stories live. Discover now