15

194 24 10
                                    

"Apapun harus dengan kejujuran walaupun menyakitkan"

Kejadian beberapa hari yang lalu di Jogja membuat Akmal kehilangan konsentrasinya saat bekerja. Yang ada dipikirannya apa kesalahannya yang membuat Ara menutup diri.

Siang itu, setelah tidur siang Ara membereskan bajunya. Mengemasi pakaiannya, ketika Akmal terbangun koper Ara sudah beres.
Jelas Akmal menanyakan. Honeymoon mereka terbuang sia-sia.

****

"Ara, apa yang terjadi beberapa hari yang lalu? Mengapa kalian pulang lebih cepat dari waktu yang sudah ditentukan?" Delina menemui Ara dirumahnya. Ara bahkan tidak menghubungi kerabatnya. Ia tau dari bunda.

"Tidak terjadi apa-apa, hanya saja aku memikirkan tugas kuliah ku Del," jawab Ara sembari memegang gelas coklat ditaman belakang.

"Ara jujur lah, aku tidak suka hal yang kamu sembunyikan."

"Baiklah aku akan ceritakan. Tapi jangan potong sedikitpun sampai aku selesai berbicara," ucap Ara.

Delina mengangguk,
Ara menjelaskan dari dirinya meminjam handphone Akmal. Meminjam kamera sampai akan mengirimkan foto ke whatsappnya dan melihat sebuah pesan masuk dari perempuan yang Ara tidak kenali.

"Coba kamu tanyakan, jangan ambil kesimpulan sendiri," ungkap Delina.

"Aku tidak mengambil kesimpulan Del!! aku meminta kejujurannya! Aku meminta dirinya yang menjelaskan tanpa aku harus menanyakan!" pekik Ara.

"Kamu itu istrinya! Kamu juga harus tau dan berhak untuk menanyakan!" Delina membalas teriakan Ara.

"Sudahlah, kamu pulang saja. Aku sedang tidak ingin ditemui siapapun," gumam Ara. Ia berjalan meninggalkan Delina yang memperhatikannya. Ara masuk ke kamar menaiki rumah tingkat 2 milik orang tua nya.

'Aku harus menemui Akmal, agar Akmal bisa menjelaskan kepada Ara' batin Delina.

Delina bergegas menaiki kendaraan nya. Mendatangi akmal dikantornya dan menceritakan kenapa Aranya seperti ini.

"Mbak, apakah Akmal ada diruangannya?" tanya Delina.

"Pak Akmal ada diruangannya mbak, ada keperluan apa mbak?" Resepsionis itu kembali bertanya.

"Ada perlu dengannya. Tadi sudah menghubungi," jawab Delina.

"Baik, saya hubungi Pak Akmal dulu ya mba. Mba bisa menunggu disebelah sana," sahut  resepsionis itu.

"Tidak bisa mbak, ini penting. Dan saya perlu menemuinya sekarang." cetus Ara.

Resepisonis itu menghubungi Akmal.

"Halo selamat siang pak"

"....."

"Ada yang mau menemui bapak atas nama Ibu Delina"

"....."

"Saya kurang tau pak, tapi katanya beliau sudah mengubungi bapak"

"...."

"Baik pak, nanti saya antarkan"

Resepsionis itu menutup telepon dan membawa Delina keruangan Akmal. Setelah sampai Delina dengan segera memasuki ruangan Akmal dengan tergesa.

"Mal, kamu tau Ara kenapa?" Delina langsung bicara to the point. Tidak ingin berlama-lama.

"Memangnya kenapa? Ara biasa saja. Masih sama kok," jawab Akmal.

"What?!!" teriak Delina.

"Memangnya ada apa?" tanya Akmal. Ia mengangkatkan sebelah alisnya.

"Kamu lupa sama perempuan yang chat kamu waktu kalian di Jogja?" sinis Delina.

"Ingat kok, aku belum ada waktu untuk jelaskan ke Ara. Dan Ara sendiri belum mengetahui," jelas Akmal.

"Belum mengetahui Mal kamu bilang? Belum mengetahui? Salah Mal, Ara sudah tau. Bahkan dari hari perempuan itu mengirim pesan ke kamu. Hari itu juga Ara tau," sahut Delina. Delina melipat kedua tanganya menunggu jawaban Akmal. Apa yang Akmal lakukan, apakah akan diam saja.

"Engga usah ngaco Del, Ara belum tau."

"Kamu tanyakan saja padanya. Aku langsung saja, tadi aku habis dari rumah kalian," jawab Delina.

Akmal mendiamkan Delina yang beranjak dari ruangannya. Memikirkan apakah benar? Pantas saja Ara tidak mood diajak jalan waktu itu dan langsung meminta pulang ke Malang.

Perjalanan menuju lombok juga jadi dibatalkan karena kejadian ini.

Akmal meremas rambutnya. Mengapa ia jadi tidak begitu memperhatikan istrinya.

Akmal bergegas membereskan meja kantornya, menyimpan data orang-orang yang akan berangkat umrah.
Dari kantor menuju rumah pikiran Akmal cemas, semoga saja ini belum terlambat menjelaskannya--batin Akmal.

***
Akmal Pov

"Assalamualaikum sayang," Aku membuka pintu apartemen, biasanya Ara akan duduk di depan televisi atau rebahan sambil memainkan ponsel, namun hari ini aku tidak mendengar suara tv.

"Araaa, araa." Aku terus menyusuri setiap ruangan apartemen tetap saja tidak menemukannya, kali ini aku menghubunginya.

2x aku menghubunginya, tidak diangkat, menghubungi mertuaku tidak mungkin. Mereka pasti akan mengiraku melakukan hal aneh-aneh terhadap Ara.

Aku menghubungi Delina, semoga saja dia bisa membantuku menemui Ara.

"Assalamualaikummm.."

"...."

"Del, tolong beritahu aku dimana Ara biasanya saat dia sedang tidak mood, merajuk, atau apapun."

"...."

"Tolong lahh Del, kali ini saja."

"...."

"Aku tidak tahu Del, kalaupun aku tahu tidak akan aku bertanya."

"...."

"Baiklah, aku akan menelusuri kampus serta perpustakaan itu, terimakasih infonya. Aku tutup telepon nya, assalamualaikum."

"...."

Aku mengambil kunci mobil dan bergegas menuju tempat yang Delina beritahukan, semoga saja Ara ada disana.

Akmal pov off.

Hari ini Ara ke taman, taman yang biasanya ia kunjungi ketika ia banyak tugas, taman yang bisa ia curahkan hati, dan ditaman ini tempat bundanya buka kedai ice.

"Halo Ara, dari mana mau kemana sayang?" tanya tante Ara.

"Mau kesini aja tan, bosan di apartemen terus hehe." Ara nyengir.

"Mau ice apa Ra?" tante Ara menawari.

"Nanti aja Tan, Ara mau belajar dulu," sahutnya.

"Baiklah, nanti panggil tante aja yaaa sayang, tante kebelakang dulu ya," tante Ara berlalu.

Ara tidak belajar, itu hanya alasan semata saja. Ia memikirkan suaminya--Akmal, kapan Akmal akan menjelaskan ini padanya.

****

Assalamualaikum teman-teman semuanyaaa, Apa kabarrr???
Hari ini up lagi di 800 kata yaaaa, stay safe dan stay healty ya guyss.

Assalamualaikummm🥰

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 28, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Rencana AllahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang