🐿️ Part 13 🐿️

92 23 0
                                    

Unexpected Destiny

Part 13

🐿️🐿️🐿️🐿️🐿️🌵🌵🌵🐿️🐿️🐿️🐿️🐿️

"Oh. Sekarang kamu menjadi laki-laki pengeretan?" Suara berat yang menyapa membuat dirinya dan juga Kayla menoleh, seorang laki-laki paruh baya dengan kemeja elegan melekat pada tubuh tegap.

Di sebelah laki-laki berkaca mata itu berdiri seorang pemuda dengan balutan jas yang sama, menampakkan wibawa dari si pemakainya. Mulut Aldrift terbuka, mengumandangkan kata papa tanpa suara.

"Sudah jadi anak enggak berguna, di luar kerjaannya bikin malu. Dan sekarang, mau morotin perempuan untuk mendapatkan uang?" Senyum sinis terukir di wajah dengan gurat-gurat samar di bawah mata.

Kedua tangan Aldrift mengepal, menahan kemarahan yang mulai tumbuh dalam dirinya. Selama ini, ia diam jika dimaki di rumah. Tapi ini, dengan tega laki-laki yang tak lain papanya itu mempermalukan dirinya di depan umum.

Melalui ekor mata bisa dilihat Kayla yang berdiri menatap bingung. Kenapa hal ini harus terjadi di depan perempuan ini?

Memejamkan mata, Aldrift berusaha menahan kemarahan yang meletup-letup dalam dada. Jika ia melampiaskan sekarang, sama saja dirinya mempermalukan diri sendiri juga papanya.

Bangkit, ia mengendurkan kepalan tangan. Menghela napas dalam dan berusaha menatap papanya dengan tenang. "Maaf, Pa. Sepertinya Papa salah paham. Kami hany—"

"Halah." Tangan yang sangat ingin ia cium dari dulu, saat dirinya akan berangkat sekolah mengibas di depan wajah. "Tidak usah mengelak."

Senyum berusaha ia ukir di bibir. "Terserah Papa mau berkata apa. Yang terpenting, Al tidak melakukan apa yang Papa tuduhkan. Permisi." Menahan rasa sesak di dada Aldrift berlalu dari sana. Menikmati gemuruh kesakitan yang tak berdarah, menggerogoti hati dan memberikan luka teramat sakit.

Tak peduli apa yang terjadi nanti di tempat itu setelah kepergiannya.

Tak peduli apa yang terjadi nanti di tempat itu setelah kepergiannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jalanan kota Surabaya tampak lenggang sore ini. Setelah berkunjung ke tempat Diaz untuk bertemu Driyan, memastikan bahwa sahabatnya dalam keadaan baik-baik saja, ia memutuskan pulang kembali dengan rasa tenang.

Alunan musik milik westlife yang berjudul beautiful in white memenuhi mobil yang dikendarainya. Bibirnya dengan lihai turut bergerak untuk mengikuti lirik yang dinyanyikan lima pemuda itu.

Jangan tanyakan mobil siapa yang ia gunakan, karena banyak kendaraan yang bisa ia pakai dari para sahabatnya.

Dari balik kaca mobil, ia melihat kerumunan yang menarik perhatian. Seorang perempuan berhijab  seperti sedang beradu argumen dengan beberapa laki-laki yang berpenampilan seperti preman. Di belakang perempuan itu, dua anak kecil berdiri saling berangkulan.

Unexpected DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang