🐿️ Part 8 🐿️

95 22 0
                                    

Unexpected Destiny

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Unexpected Destiny

Part 8

🐿🐿🐿🐿🐿🌵🌵🌵🐿🐿🐿🐿🐿


"Jangan, Pak. Jangan gusur tempat ini."

"Apa?" Aldrift menatap Kayla dengan raut muka terkejut, mimik wajah yang sama pun tercetak jelas pada paras cantik perempuan di hadapannya.

Aldrift kembali menatap dua orang yang terus menghalangi laki-laki berbadan besar dan berkepala plontos yang mencoba memasuki pekarangan. Cuaca panas siang ini semakin menambah aura perdebatan itu.

Tak ingin terjadi apa-apa pada dua orang yang tak sebanding dengan lawan yang lebih dari lima orang itu, Aldrift segera berjalan mendekat ke arah perdebatan. Melangkah dengan terburu-buru melupakan keberadaan Kayla. Entah perempuan itu mengikuti atau tidak ia tak tahu.

"Hey. Tunggu, tunggu. Ada apa ini?" Ia berdiri di antara dua orang dan para laki-laki yang tampangnya bisa dikatakan seperti algojo. Tangannya terangkat menahan dada salah satu laki-laki berbadan besar yang terus mencoba untuk menerobos masuk.

"Santai. Anda tidak malu memakai kekerasan pada dua orang yang tidak berdaya?" ucap Aldrift sembari menunjuk dua orang di belakangnya. Tangan yang sebelumnya menahan dada laki-laki di hadapannya pun kini ia turunkan.

"Eh. Anda siapa?" Aldrift sedikit memundurkan kepalanya saat sebuah jari terangkat tepat di depan wajah.

"Tidak usah ikut campur." Laki-laki lain yang berada di bagian belakang berucap. Tatapannya begitu tajam ditujukan padanya, belum lagi otot lengan yang tercetak jelas begitu sempurna karena si empunya tubuh hanya memakai kaus berwarna hitam sangat ketat.

Akan tetapi, jangan panggil dirinya Aldrift jika harus takut pada mereka. Tangan bergerak pelan menyingkirkan jari laki-laki di hadapannya yang masih menunjuk sembari menantang.

"Saya Aldrift. Kenapa memang?" Aldrift mendongak mengangkat dagu, tak sedikit pun menunjukkan wajah ketakutan.

"Anda tidak ada urusan di sini. Jadi lebih baik menyingkir daripada nantinya Anda susah sendiri."

"Jangan mengancam. Saya hanya tanya. Kalian kenapa melakukan kekerasan seperti tadi. Etika bertamu kalian di mana?" Bukannya mendapat jawaban, semua laki-laki di hadapannya malah tertawa keras. Tampang mereka penuh ejekan.

"Heh!" Aldrif memusatkan perhatian pada laki-laki dengan bekas luka di pipinya. Tampang mereka semua memang seram, pantas saja anak-anak tadi menangis. Pasti mereka ketakutan.

"Kami datang tidak untuk bertamu, tapi ditugaskan untuk menggusur bangunan ini. Karena Mereka menghalangi pekerjaan kami, kami terpaksa menggunakan kekerasan." Setiap orang di hadapannya berkacak pinggang, tatapan mereka juga tajam. Ucapan yang dilontarkan selalu menggebu.

Unexpected DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang