🐿️ Part 22 🐿️

107 18 1
                                    

Unexpected Destiny

Part 22

Part 22

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


🐿️🐿️🐿️🐿️🐿️🌵🌵🌵🐿️🐿️🐿️🐿️🐿️

Hanya ada keheningan dalam mobil yang ditumpangi dua orang itu. Langit senja memancarkan sinar yang mengintip dari gedung-gedung perkantoran kota Surabaya, menemani laju kendaraan yang berjalan dengan merayap.

Revin menatap jalanan di depannya dengan penuh konsentrasi, sedangkan Kayla hanya diam menikmati sisa perjalanan. Percayalah, pikiran keduanya sedang bercabang.

Melalui ekor mata Revin memperhatikan perempuan di sampingnya. "Kayla," panggilnya.

Kayla menoleh, menjawab dengan gumaman saja. Menatap Revin di mana wajahnya terkena bias cahaya senja yang terpancar dari kaca mobil. Sedangkan laki-laki di hadapannya masih diam belum mengeluarkan suara.

"Kamu, mengenal Aldrift sebelum kejadian penculikan bukan?"

Kaku, Kayla pun mengangguk. Toh tidak ada yang harus ditutup-tutupi. Bagaimanapun Revin akan menjadi suaminya kelak.

"Sejauh apa hubungan kalian?"

Kening Kayla terlipat mendapati pertanyaan seperti itu. "Kami hanya berteman."

"Teman?" Mobil berbelok ke arah kanan, terlepas dari kemacetan sore hari pada waktu para karyawan kantor telah usai bekerja.

"Kalau boleh tahu teman dari mana? Bukankah kamu karyawan di kantor Papa? Sedangkan Aldrift adalah pengangguran?" Entah kenapa Kayla tidak suka dengan pertanyaan Revin yang baru saja dilontarkan. Kenapa kata-kata itu seperti menghina?

"Kami berteman sejak tidak sengaja bertemu ketika saya akan mengajar anak-anak jalanan. Waktu itu Aldrift mengira anak didik saya adalah pencuri yang sedang menjarah mobil saya. Padahal, mereka sedang membantu mengeluarkan buku baru," jelasnya. Masih tergambar jelas bagaimana wajah malu Aldrift karena telah salah menuduh.

"Kamu ... mengajar anak jalanan?"

"Iya."

Laki-laki itu tersenyum. "Papa memang tidak pernah salah dalam memilih. Makanya saya selalu menerima apa pun pilihannya. Terbukti dengan pencapaian yang saya miliki saat ini. Ya ... tentunya berbeda dengan yang Aldrift capai." Kayla semakin melipat kening mendengar penuturan Revin. Kenapa seolah-olah dia tengah membandingkan dirinya dengan sang adik?

"Dan kali ini pun seperti itu. Saya bersyukur Papa memilih kamu menjadi calon istri saya." Hati Kayla terasa tercubit ketika kata-kata calon istri terlontar dari bibir Revin, kembali mengingatkan dirinya mengenai pernikahan di depan mata.

Mobil sudah memasuki kompleks perumahan Kayla. "Boleh saya meminta satu hal?"

Kayla tidak menjawab ya atau pun tidak. Hanya memandang wajah Revin yang masih fokus menyetir. "Saya harap kamu membatasi interaksi dengan Aldrift. Jujur ... saya kurang suka melihat perhatian kamu sama dia."

Unexpected DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang