Chapter 05: Apologize

Start from the beginning
                                    

“Apa yang kau lakukan hm?”

Secara mengejutkan Uzui berdiri dan berbicara dengan tiba-tiba di sebelahnya. Shinobu tentu saja terkejut, jika saja Uzui ini adalah temannya dan bukan gurunya mungkin sudah habis di buatnya.

“Kau membuatku terkejut sensei.”

Uzui tekekeh, ia kemudian mengajak Shinobu duduk bersama dengannya, “Kau juga merasakannya kan? Apa yang kau lakukan sehingga dia diam begitu hm?”

“Kau... Membahas Tomioka senpai?”

Uzui tidak menjawab. Ia hanya tersenyum, “Aku tau dia mengabaikan mu tidak seperti biasanya, kalian kan selalu ribut.”

“Aku juga tidak tau apa yang membuatnya seperti itu. Aku benar-benar kesal, tidak kah kau pikir dia kekanak-kanakan? Marah tanpa memberi tau alasannya.”

“Yah, dia memang begitu. Sulit untuk berekspresi, dia memang terkadang menyebalkan tetapi dia itu cukup pendiam menurutku. Aku kira dia akan senang sekali saat aku memberi tahunya bisa ikut bertanding seperti yang ia inginkan.”

Ah iya, Giyuu terlihat senang untuk sesaat pada waktu itu. Tapi kenapa ia malah seperti ini sekarang? Rasanya jika mengingat wajah cuek nya itu, Shinobu ingin mencakarnya saja.

“Sensei, mengapa ia sangat menginginkan pertandingan itu?”

Uzui diam sesaat, ia teringat alasan kenapa Giyuu sangat bertekad dalam bidang ini. Hembusan nafasnya terdengar miris, Shinobu bisa merasakannya.

“Karena kau pacarnya akan ku ceritakan. Tapi jangan bilang padanya ya aku menceritakannya kepadamu.”

Shinobu merengut tidak suka, “Kami tidak berpacaran sensei.”

Uzui tertawa sesaat, “Giyuu itu ingin mengembalikan harga diri ayahnya. Keluarga ibunya itu terkenal dengan dojo nya yang sudah melahirkan banyak pejuang aikido, keluarga ibunya adalah keluarga yang terpandang. Seluruh anak dari kakek dari ibunya adalah pejuang aikido, ibunya menikahi ayahnya yang hanya orang biasa yang tidak tertarik pada bidang ini. Hanya dia dari tiga anak perempuan yang menikah dengan orang biasa seperti ayah Giyuu. Tentu kakeknya tidak pernah suka dengan ayahnya.”

“Bahkan sampai Giyuu masuk sekolah ia masih tidak suka dengannya, Giyuu awalnya tidak pernah tertarik dengan bela diri ini sama seperti ayahnya sehingga hinaan pun semakin besar ditujukan pada keluarga mereka. Saat ada acara keluarga ayahnya selalu di hina oleh menantu dan anak-anaknya yang lain. Sebagai sepupu, hanya Tanjiro dan Sabito lah yang masih mau memperlakukannya dengan senang hati. Ayah Giyuu selalu tersenyum ketika mendapat caci dan maki dari mereka semua, ia selalu berkata ‘tidak apa-apa, mereka hanya menasihati ayah.’ meskipun ia mendapat pembelaan dari istrinya, dan orang tua Tanjiro dan Sabito cacian itu tidaklah pernah berhenti.”

Uzui memberi jeda sesaat untuk bernapas, “Saat masuk SMP ia masuk ke dalam klub aikido di sekolahnya, ia juga sering ikut latihan bersama Sabito dan Tanjiro di dojo yang ayah mereka dirikan. Semua itu semata-mata untuk memulihkan harga diri ayahnya yang di injak-injak oleh kakeknya, ia berlatih dengan giat sehingga ia beberapa kali menang dalam pertandingan, ia juga memenangkan pertandingan antar sekolah tingkat provinsi mengalahkan sepupunya yang lain yang sudah belajar lebih lama darinya saat ia duduk di bangku kelas dua. Berita itu ternyata sampai ke telinga kakeknya, saat acara keluarga ia mulai membanggakan Giyuu namun ia masih saja menjelekkan ayah Giyuu.”

“Kemudian Ayah Giyuu meninggal ketika ia menyelamatkan kakeknya yang hampir saja tertabrak, Giyuu terpukul sekali. Yang makin membuat ia sedih sekaligus marah ialah ketika di pemakaman ayahnya, lagi-lagi keluarga sialan itu membicarakan hal yang buruk tentang ayahnya, mereka terus menjelekkannya. Mereka bilang ayahnya meninggal karena ayahnya adalah orang yang lemah dan bernasib sial. Semenjak itu Giyuu bertekad untuk membalas mereka semua dengan membungkam mulut mereka, setiap kali ia mendapat kesempatan ia selalu membanggakan ayahnya di depan wartawan. Ia selalu mengabaikan pertanyaan tentang keluarga ibunya dan menyebut bahwa ayahnya lah yang mendidiknya dengan sangat hebat sehingga bisa menjadi seperti itu. Saat di banggakan di acara keluarga ia pun juga membalas demikian, sehingga saat melihat wajah malu kakeknya ia merasa puas sekali.”

Butterfly Effect | Giyuu X Shinobu [END]Where stories live. Discover now