Part 16

3.4K 309 27
                                    

Kalau ada typo, tandai ya.

Suasana pesta pada lantai dasar sangatlah ribut. Mereka sibuk memamerkan Kemewahan yang dibawa. Hal tersebut sudahlah sangat biasa, datang dengan penampilan yang mewah, terkadang ada juga yang memakai gaun dengan menunjukan lekuk tubuhnya.

Berkenalan sesama bangsawan adalah kegiatan mereka. Mereka bisa mendapatkan manfaatnya tersendiri, contohnya seperti mendapatkan rekan kerja agar bisa melaksanakan diplomasi yang dapat menguntungkan kedua pihak. Atau, bagi anak muda, mereka akan mencari pasangan sesuai dengan tipe ideal dan kasta.

Sebuah hiburan menemani mereka. Lagu pengiring dengan beberapa wanita yang menari, tak membuat mereka bosan. Makanan dan minuman yang tersedia, tentu dari restoran mahal dengan rasa yang pas di lidah.

Istana itu, Istana yang merayakan pesta. Warna yang dominan pada ruangan pesta itu adalah silver dengan dicampur warna biru, perpaduan yang sangat indah. Mobil atau portal terus bermunculan, tamu yang datang memang sangat banyak.

Suara ketukan sepatu dengan lantai, membuat suasana hening seketika. Secara bersamaan, mereka melihat ke arah tangga. Di sana, ada seorang gadis yang sangat cantik. Gaun biru, wajah cantik, kaki jenjang dengan tubuh yang ideal. Para pria diantara mereka melemparkan pujian untuk sang pemilik acara, begitu juga para wanita yang tak sedikit memuji seadanya, namun sebagian lagi merasakan iri yang amat sangat.

Sepasang kekasih paruh baya mendatangi gadis itu-- Livy. Mereka tampak mesra dengan saling merangkul dan menunjukan senyum bahagia pada. Tampan dan cantik, keindahan itu tak tertutup meski dimakan oleh usia.

"Qing, Queen." Livy menundukkan tubuhnya. Kedua sisi gaunnya dilebarkan oleh Livy, sehingga ia terlihat sangat anggun.

Livy menegakan tubuhnya. Tak lupa, senyumnya tak pernah pudar. Ia menelusuri tiap ruangan, melihat keadaan pesta yang sangat hening, mereka masih saja menatap Livy dengan penuh kekaguman.

"Apakah, kau menyukai pesta ini Livy?" tanya Belinda.

"Tentu, Queen. Aku sangat-sangat menyukainya." Axton mengelus puncak kepala Livy dengan pelan, agar rambutnya tetap rapih. "Queen, dimana Noah."

Belinda menggeleng. "Sepertinya dia belum datang. Mungkin sebentar lagi."

Livy memperhatikan pintu masuk. Ia sudah tak sabar menunggu kedatangan Noah. Ada sedikit keraguan dalam hatinya, ia sangat takut Noah tak datang. Bisa saja pria itu berbohong akan mengikat hubungan antar mereka, Livy bisa malu kalau Noah tak akan datang.

Livy bukanlah gadis bodoh. Ia sangat tahu bagaimana profil hidup Noah. Pria itu sangat terkenal dikalangan wanita, karena dia sangat sering menggoda para wanita. Kalau bisa Livy tebak, mungkin seperempat dari tamu wanita di sini pasti adalah mantan Noah semua.

Dari ekor matanya, Livy melihat Freya yang datang. Wanita itu menundukkan wajahnya, sepertinya dia sangat tak percaya diri dengan wajah hitamnya.

Memanglah usaha Livy tak berakhir sia-sia. Apa yang ia ingin kini terjadi menjadi kenyataan. Banyak para tamu yang membisikan Freya. Menunduk saja sudah terlihat, bahwa Freya sangat jelek.

Livy melihat ke arah orang tua angkatnya. Wajah mereka merah padam, sepertinya mereka sangat malu memiliki anak seperti Freya. Beruntung, yang mengetahui Freya adalah anak kandung dari Axton dan Belinda hanya beberapa orang saja, mereka juga sudah disogok oleh Axton untuk menutup mulut mereka.

Tentu sogokan bukan dalam bentuk uang.

••••••

Sedangkan, di sisi lain Freya tengah membereskan beberapa gelas yang sudah kosong dan kotor. Ia menaruhnya pada tempat penyucian benda padat yang dapat pecah.

IMMORTAL QUEEN #Fantasi 2 (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang