Disana seokjin menawarkan bantuanya untuk menjadi pengasuh bayi yang menangis dalam mobil taehyung. Dan pasti tahu kelanjutannya. Taehyung membantu seokjin untuk meneruskan kuliahnya dan seokjin juga setia di samping taehyung. Membuat mereka seperti saudara pada umumnya tapi bedanya mereka tidak sedarah.

Taehyung sempat terkejut karena waktu di pesawat seokjin membeberkan semua perihal masalalunya. Termasuk namjoon. Dia tidak tau apa masalah hyungnya itu tapi dia yakin masalahnya karena orang tuanya.

"Oh ya bagaimana dengan namja tadi yang memangku jihyun? Dia sangat mirip dengan Alm istrimu". Tanya penasaran seokjin.

Taehyung menggidikan bahunya dia juga tidak mengerti.

"aku juga tidak mengerti, jika memang orang yang mirip dengan jimin itu orang lain kenapa bisa semirip itu? Dari perilakunya? Aku memang baru bertemu dengan nya selama tiga hari tapi aku merasa dekat denganya".

Seokjin mengangguk.

"Oh ya tae, aku minta maaf kalau seokjun membuatmu kerepotan"

"tenang saja hyung, aku sudah tahu anak itu pasti akan meminta maaf padamu esok. Sekarang sudah malam. Tidurlah".

"Aku mau memeriksa anak-anak duluh, aku tidak tenang belum melihat seokjun".

"Ya, kalau ada apa-apa kau bisa mencariku di kamar" 

Seokjin mengangguk. Seokjin berjalan menuju kamar jihyun karena ia tahu seokjun tidur di kamar itu. Seokjin berjongkok di samping seokjun yang tertidur pulas.

Dia mengusap rambut seokjun sayang rasa penyesalan karena membohongi anaknya.

"Maafkan eomma ya jun-ie". Seokjin mencium dahi putranya dan menaikan selimut. Setelahnya dia keluar dari kamar putranya.

Perlahan mata tajam milik jihyun terbuka.



"Aku juga mau eomma".














;
"siapa kau?"

Jimin mengernyitkan dahinya. "Hah?"

Taehyung menggeleng kecil saat pertanyaan konyol keluar dari mulutnya.

"maksutku, ah lupakan. Maaf. Tapi ini sudah malam kau tidak berniat pulang?"

Jimin melirik jam di tanganya. Masi jam 7 malam. Tapi sepertinya dia harus segala pulang juga.

"Emm, taehyung-ssi"

"Taehyung di luar jam kerja".

Jimin terkekeh kecil dengan nada bicara taehyung yang sedikit ketus.

"iya, taehyung. Apa aku boleh sering-sering mampir ke apartemen mu?"

"Untuk?"

"ah, itu aku sebentar lagi akan menikah jadi aku mencoba untuk menjadi seorang ibu. Siapa tau dengan sering bertemu jihyun aku bisa sedikit berubah akan sifat kaku ku".

"Kau apa—?"

"Apa?"

"Kau akan menikah?".

Jimin mengangguk dia menunjukan jarinya yang sudah terisi sebuah cincin emas.

"Calon suamiku suka anak kecil sedangkan aku tidak. Tapi saat melihat putramu membuatku ingin punya anak. Apa boleh aku sering main kesini?".

Taehyung merasa tidak enak jika menolaknya tapi, lagi pula niatnya baik kan? Taehyung mengangguk ragu. Anggukan itu membuat jimin terlonjat senang dan spontang memeluk leher taehyung membuat dirinya terkejut.

Apa sebahagia itu?

"Kalau begitu aku izin pulang, sampai bertemu kembali taetae".

Senyum bulan sabit itu membuatnya terpaku. Cantik. Seperti seoulmatenya, sahabatnya, jiwanya dan hidupnya.

Taehyung menggeleng menepis pikiran itu. Tidak, jimin akan menikah. Istrimu sudah tiada.

"ah ya silakan".

"Tidak perlu mengantarku"

"Aku juga tidak berniat mengantarmu".

"Ah—hehehe". Tawa canggung jimin.

"Sampai jumpa taetae".

Setelahnya jimin sudah menghilang di balik pintu.

"Taetae?". Gumamnya

"Jimin juga sering memanggilku dengan nama kekanak-kanakan itu"

Taehyung berusaha memejamkan matanya namun seakan enggan untuk tidur. Ucapan jimin barusan terus terngiak dikepalanya, kenapa ada sesuatu yang mengganjal dirinya? Tapi apa?.

Taehyung meraih figuran cantik di atas meja dia memandangi foto itu lamat-lamat dan tersenyum tipis namun terkesan miris.

Taehyung meneluknya. Rasa rindu begitu dalam.

Disisi lain jimin hanya mampu memegang kalung yang ia pakai dan matanya tertuju pada balkon kamarnya.










"I miss you Jiminie/Taehyungie"
















TBC

[REST]  I Need U, Jimin! • vmTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang