Chapter 5

770 66 1
                                        

Kepergian dan kehadiran adalah salah satu kata yang patut dikhawatirkan selama hidup. Kebencian dan kerinduan suatu hal yang berbeda karena mereka tidak sinkron dengan apa yang ego lakukan. Disisi lain mendamba namun disisi lain membenci mengharapkan nya untuk pergi. Seokjin tidak tahu harus melakukan apa saat dengan ketidak sengajaanya bertemu namja penghancur hidupnya di bestmen r.s yang awalnya berniat akan menjemput seokjun dan jihyun. Mereka bertemu, bertemu dengan kata benar-benar intens namun dengan tegap Namjoon melangkah mendekat dimana seokjin melangkah jahu sejahu mungkin. Bayang-bayang dimasalalunya mulai bermunculan bagaikan kaset rusak yang di putar ulang. Bagimana dia dijamah dengan lambut membuatnya melayang ke langit ketuju namun saat itu juga ia dijatuhkan bagikan barang rusak.

Seokjin takut—bahkan tubuhnya gemetar-segemetarnya. Namjoon mendekat semakin dekat lantas seokjin berlari menjahu dari namjoon ke lantai paling atas tentu saja namjoon mengejar walaupun seokjin dapat melihat gurat sedih diwajah tegas seorang kim namjoon namun tetap saja seokjin merasa semuanya sudah usai. Dia ataupun namjoon tidak memiliki satu ikatan apapun meski ada satu ikatan yang membuatnya merasa tercekik untuk mengakuinya bernama; Kim Seokjun putranya.

Dan pada akhirnya seokjin terkurung dalam satu lorong sepi milik r.s dimana lantai paling atas rasa paniknya mulai menggerogoti tubuhnya dia tidak bisa, dia butuh taehyung sebagai penekan rasa traumaticnya terhadap namjoon pria di masalalunya yang kelam duluh.

"Seokjin dengar aku".

Seokjin menggeleng brutal tidak peduli kepalanya akan pusing. Seokjin tidak mau mendengar apapun dari namjoon sudah cukup dia menutup pintu hatinya, mematikan perasaanya dan menutup matanya akan cintanya pada namjoon. Semuanya sudah berakhir. Dengan tangan gemetar seokjin mengambil phonselnya menekan cp taehyung yang langsung di angkat disebrang sana. Air matanya keluar karena panik tidak meghiraukan panggilan namjoon.

Tanpa memutus sambungan telfn seokjin semakin tersudut di ujung lorong.

"jinseok de-dengarkan aku duluh".

Seokjin tetap menolak menyuruh namjoon untuk pergi walaupun itu sia-sia. Disisi lain namjoon merasa menyesal, sakit dan rindu. Namjoon mencintai namja didepanya ini sangat, walaupun tindakanya tidak bisa dimaafkan.

Suara derap kaki terburu dapat didengar seokjin yang menengada kan kepalanya hanya untuk menengok siapa yang datang.

"Seokjin hyung! ".

Taehyung berlari kecil menghampirinya menatap khawatir pada seokjin yang meringkuk ketakutan. Taehyung tidak tahu bahwa ada tubuh yang terbujur kaku dibelakangnya menatap interaksi mereka; Namjoon—dengan tubuh mengaku.

"Ta-Taegyung-ah". Gumamnya. Taehyung sama dia cukup terkejut bahkan taehyung tidak bisa mengeluarkan satu katapun dari bibirnya. Mata mereka saling bertemu. Namun taehyung mengalihkan pandanganya ke arah seokjin yang tetap bergetar, kembali menatap namjoon bergantian. Taehyung menyimpulkan satu permasalahan, bahwa seokjin seperti ini karena Namjoon? Entahla.

"Tae bawah aku pergi". Taehyyng mendengar. Menyelipkan kedua tanganya di antara lipatan kaki juga pinggang seokjin menggendong brydal style melewati namjoon begitu saja tanpa satu katapun keluar dari mulutnya hanya mampu terdiam kaku.

;
Seokjin mulai tenang karena obat bius. Seokjin akan melukai dirinya bila traumanya kembali datang dan Taehyung hanya menatap seokjin dalam diam otaknya masi butuh dijernihkan.

[REST]  I Need U, Jimin! • vmTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon