~~Rahasia Terpendam~~

1K 143 73
                                    

Maaf kalau episode ini agak kacau. Author terburu-buru nulis ini. Ternyata ada tugas dadakan yang harus author selesaikan. Selamat membaca, semoga kalian suka.

.
.
.

Obelia - Kamar Athanasia

SREEK!

Gorden disibak sepelan mungkin. Meskipun begitu, aku tetap terbangun karena silaunya matahari menerpa wajah ku. Ku dudukkan diri ku di atas kasur, berusaha membuka mata, tapi susah.

Sepertinya mata ku bengkak karena kelamaan menangis. Semalam aku bermimpi bahwa Lucas mengucapkan-

Tidak. Aku tidak boleh berpikir begitu. Ingat kalimat papa bahwa Lucas akan pulang. Iya, Lucas pasti pulang. Aku hanya perlu menunggu di sini dan melindungi diri dari sihir hitamnya Jennette yang Carax gunakan.

"Tuan Putri?"

Aku mendengar suara Lily yang agak khawatir. Ku tolehkan kepala ku ke asal suara Lily. Aku tidak bisa melihat dengan jelas, tapi Lily tampak benar-benar khawatir.

"Tolong berbaring. Biar saya kompres mata bengkak Anda," ucap Lily pelan.

Aku mengangguk dan berbaring di kasur. Sedetik kemudian, ku rasakan dinginnya es di pelupuk mata ku. Lama-kelamaan, rasanya jadi nyaman.

"Apa papa bercerita pada Lily tentang aku semalam?" aku bertanya.

"Iya, Tuan Putri. Pagi ini beliau meminta saya menyiapkan es batu untuk mengompres mata bengkak Tuan Putri," Lily masih setia mengompres mata ku.

"Ah, begitu," seru ku pelan.

"Yang Mulia juga berpesan pada saya. Beliau bilang bahwa jadwal Anda minggu ini akan kosong, Tuan Putri," Lily membenarkan posisi kompresnya, "Yang Mulia ingin Tuan Putri menenangkan diri dulu. Kalau Tuan Putri punya permintaan, jangan ragu untuk mengatakannya pada beliau."

Aku mengangguk pelan. Papa memikirkan ku sampai mengosongkan jadwal ku seminggu ini. Memang benar, sih. Aku butuh istirahat. Aku terguncang karena mimpi semalam. Itu terasa sangat nyata.

Benar-benar seperti bertemu dengan Lucas kemudian mendengarkan kalimat perpisahan darinya langsung. Itu membuat ku terguncang. Semoga itu tidak nyata.

Omong-omong, papa bilang aku boleh meminta apapun, kan? Demi kepentingan pemulihan ku. Nah, kalau begitu, apa aku boleh mengundang mereka?

"Lily. Tolong sampaikan pada papa, Athy ingin mengundang Helena dan Izekiel ke Istana Emerald," ucap ku pelan.

"Eh? T-Tuan Muda Alphaeus juga? Tuan Putri yakin?" tanya Lily tak yakin.

"Iya. Memangnya kenapa?" aku gantian bertanya.

"Dulu Tuan Putri sangat menghindari Tuan Muda Alphaeus, bukan? Kenapa sekarang...," Lily enggan melanjutkan ucapannya.

"Ah, itu karena dulu Izekiel menyukai Athy," jawab ku, "Lily jangan khawatir, Athy sudah menolaknya. Izekiel sendiri sudah bertekad untuk mengubur perasaannya kalau ditolak. Jadilah kami berteman sekarang."

"Tapi, Tuan Putri," Lily mengangkat kompres es dan membantu ku duduk, "Tuan Muda Alphaeus bukannya dikelilingi sihir hitam?"

Aku membuka mata ku perlahan-lahan. Sepertinya bengkaknya sudah mendingan. "Athy rasa tidak juga," jawab ku dibalas tatapan bingung Lily.

"Kemarin saat Athy menemui Izekiel, Athy tidak merasakan hawa sihir hitam sama sekali. Mungkin Izekiel sudah tidak dikelilingi sihir hitam lagi."

"Meskipun begitu, tolong bawa seseorang yang bisa sihir untuk menjaga Anda!" Lily berseru.

Chance (WMMAP FANFIC) || S1✓ [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang