~Buku dan Piknik~

1.3K 148 68
                                    

"Tuan Putri?"

Ha? Apa? Siapa? Aku menoleh ke sumber suara. Oh, ternyata Lily dan Hannah. Ku kira siapa tadi.

"Ada apa?" aku bertanya.

"Anda baik-baik saja?" Hannah mendekati ku, "sejak pulang dari diskusi, Anda terus mengusap-usap cincin Anda."

Aku menunduk. Oh, benar kata Hannah. Lihat, tangan ku masih mengusap-usap cincin ini tanpa sadar. Aku menghela napas dan meminum teh ku.

Mungkin itu refleks ya? Setelah Lucas bilang nyawa ku bisa melayang karena melepas cincin ini, aku jadi was-was. Iya kan? Siapa yang tidak takut?

Cincin itu kan dipakai di jari. Kadang kalau sedang makan atau mandi akan sedikit mengganggu hingga kita akan melepasnya. Meskipun begitu, cincin ini terasa sangat nyaman.

Aku tidak yakin cincin ini bisa lepas kalau aku bergerak tiba-tiba. Rasanya pas sekali di jari ku. Tapi tetap saja, aku was-was! Apa perlu ku beri lem pada cincin ini agar merekat terus?

"Apa Tuan Putri menyukai cincin itu?" Lily bertanya.

"Athy suka. Ini indah sekali," sebuah senyum mengembang di bibir ku.

Aku mengusap pelan cincin emas putih dengan lima permata sebagai hiasannya. Ini pertama kalinya aku memakai cincin. Memang papa memberi ku banyak perhiasan, tapi tidak pernah ada cincin. Meskipun cincin ini tergolong sederhana, ini tetap indah.

"Hoho...sepertinya Tuan Putri menyukainya. Apalagi itu dari Tuan Penyihir," ucap Hannah dengan nada jahil.

"Bu...Bukan begitu! Ini karena cincinnya bagus! Tidak ada sangkut pautnya dengan si pemberi!"

Duh, wajah ku panas. Seberapa merah wajah ku sekarang? Aku melirik kedua pelayan kesayangan ku, mereka tersenyum senang. Ah, berhenti menggoda ku! Aku meletakkan cangkir ku dan berdiri.

"A...Aku mau ke perpustakaan saja."

"Biar kami antar, Tuan Putri," ucap Lily.

Aku mengangguk dan keluar duluan. Kami bertiga menuju perpustakaan pribadi ku. Di sepanjang perjalanan, kami bercanda dan bercerita. Ketika sampai, Lily dan Hannah undur diri. Aku berpesan pada mereka untuk menjemput ku sore ini.

Aku menjelajahi satu persatu rak buku. Tiba-tiba aku menemukan sebuah buku yang hebat! Sebuah novel romantis! Hebat sekali di sini ada novel romantis! Romantis dewasa pula!

Aku mengambil novel itu dan sebuah pertanyaan muncul di pikiran ku. 'Papa marah tidak ya kalau aku baca novel seperti ini?'. Aku menggidikkan bahu. Masa bodoh, selama papa tidak tahu aku aman. Lagipula yang membelikan buku ini kan papa.

Aku menyandarkan tubuh ku pada rak buku di belakang ku dan duduk di lantai. Sepertinya ini pilihan yang salah. Ini novel romantis dewasa dan aku masih tiga belas tahun. Tapi, mungkin tak apa kan? Usia mental ku lebih tua dari usia tubuh ku, lho. Kalau dihitung dari pertama kali- 18+18+13 = 49!

Rasanya tua sekali. Aku tersenyum kecut dan mulai membaca. Dua jam berlalu dan aku pun menutup buku itu. Tepat sebelum sebuah adegan panas terjadi. Aku harus membacanya di lain hari, kalau tidak aku akan seperti tomat ketika keluar dari sini. Tentu saja itu hanya akan membuat kesatria penjaga di depan bingung.

"Kenapa Kau tutup? Aku masih mau membaca lanjutannya tahu."

DEG!

Aku menoleh ke samping. Seorang anak laki-laki duduk di sebelah ku. Rambut hitamnya yang berantakan, mata merah ruby nya, dan tahi lalat di bawah mata kiri. Dia menatap ku tidak seru. Dia berusaha meraih buku di tangan ku.

Chance (WMMAP FANFIC) || S1✓ [REVISI]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora