12~Permintaan Maaf [Edited]

2K 208 26
                                    

Edited

"Ka-Kakak bicara apa, sih?"

Aku mengelak dengan pura-pura tidak tahu, tapi tetap saja gagal. Orang yang ada di depanku ini adalah penyihir, dengan asal-usul tidak jelas, yang bisa membaca pikiran. Mau bohong sampai jungkir balikpun, aku pasti ketahuan!

"Aku tidak akan membaca pikiranmu lagi kalau Kau mau bercerita. Aku bisa menjaga rahasia. Lalu, jangan panggil aku Kakak. Namaku Lucas, untuk saat ini kita seumuran," ucap Lucas dengan nada yang terlewat santai.

"Apa aku punya pilihan untuk tidak bercerita?"

"Kalau Kau tidak mau bercerita, aku sendiri yang akan menjelajahi pikiranmu sampai aku puas. Aku ini orang yang penasaran tahu. Apa lagi kekuatan sihirmu sangatlah menarik," Lucas menyeringai.

Aku terdiam. Kenapa aku harus menceritakan asal-usulku padanya? Aku baru bertemu dengannya sekitar 30 menit yang lalu. Memangnya ada jaminan kalau dia bisa memegang ucapannya?

"Tidak mau bercerita? Yasudah biar kucari saja di dalam kepala kecilmu itu."

"T-Tunggu dulu. Aku akan bercerita kalau Kau bisa memegang ucapanmu untuk berhenti membaca pikiran dan menjaga rahasia."

"Tenang saja, aku ini laki-laki yang memegang ucapannya. Sekarang ceritakan padaku."

Aku memandang mata merah ruby-nya, mencari keseriusan di ucapannya. Namun, aku terlena sesaat akan keindahan mata ruby itu. Ketika aku kembali ke tujuan awal, tidak kutemukan kebohongan darinya. Kalau begitu, dia benar-benar memegang ucapannya.

Ketika sudah yakin dengan pilihanku, aku menceritakan rahasia kecilku. Dimulai dari awal semuanya saat aku membaca novel Lovely Princess, sampai aku bereinkarnasi menjadi Athanasia. Dia percaya pada ceritaku, membuatku sedikit lega. Ketika cerita selesai dan aku terdiam, dia memandangku dengan tatapan serius.

"Hanya itu yang ingin Kau ceritakan?"

"Itu semua rahasia kecilku. Kau mau aku bercerita tentang apa lagi? Buku dongeng yang sudah kubaca?"

Lucas menunduk dan bergumam sendiri. Aku tidak bisa mendengarnya karena suaranya sangat pelan, lagipula aku tak peduli. Kulemparkan tatapanku ke langit, hari sudah siang. Aku menghembuskan napas pelan, Lucas menoleh.

"Kau ini ... jangan sering-sering menghela napas, nanti orang-orang tahu kalau Kau sudah tua."

Perempatan muncul di dahiku. Ucapannya kurang ajar sekali! Dasar menjengkelkan! Kutelan mentah-mentah rasa amarahku dalam diam. Kuharap dia hanya bercanda.

"Aku ingin kabur dari sini," celetukku tiba-tiba.

"Ya, kabur saja sana."

"Kau diam saja. Kau kan tidak tahu rasanya hidup dalam bayang-bayang kematian," ucapku bergidik ngeri.

Lucas hanya memberi tatapan seolah berkata, terserah, dan aku hanya mendengus sebal sambil membelai Hitam. Entah kenapa Hitam seakan-akan mengerti betul keinginanku dan hanya duduk diam di sebelahku. Biasanya hewan liar pergi begitu saja kan? Tidak ingin dibelai orang.

"Kenapa Hitam tidak berusaha kabur dari ku?"

"Dia itu sinsu, bukan hewan peliharaan. Dia mengikuti sifat pemiliknya," jawab Lucas yang membuat sesuatu terbesit dipikiranku.

"Apa itu artinya dia juga akan suka cokelat sepertiku?"

Lucas mengangguk. Aku membulatkan mata karena terkejut. Aku benar-benar suka cokelat. Kalau Hitam sama denganku, artinya dia juga benar-benar suka cokelat. Ku tatap Hitam dengan alis bertaut. Jadi dia yang mencuri jatah cokelatku selama ini, ha?

Chance (WMMAP FANFIC) || S1✓ [REVISI]Where stories live. Discover now