~Siapa Lucas?~

1.4K 155 76
                                    

"Kenapa Tuan Putri berpikir begitu?"

He? Aku menoleh ke arah Remo Clystion. Dia melipat kedua tangannya dan mengerutkan dahi. Ada yang salah? Aku hanya menyuarakan pikiran ku lho. Kan tadi juga kau sendiri yang bertanya.

"Tentu saja Tuan Putri akan menang," ucapnya penuh percaya diri.

Hei, aku sendiri tidak yakin. Kenapa kau seyakin itu sih? Aku menaikkan sebelah alis. Apa dia berusaha menghibur ku? Kalau iya, aku lebih memilih jawaban jujur dari mu Remo Clystion.

"Melihat kemampuan Anda dalam menyerang, menangkis, dan membuat pilihan, saya yakin Anda pasti menang melawan Tuan Muda Alphaeus. Hanya saja, Anda punya satu kelemahan," dia menjeda ucapannya, membuat ku penasaran, "kurang percaya diri."

Aku menggembungkan pipi. Ya, ku akui aku kurang percaya diri. Remo Clystion terkekeh pelan menatap ku. Dia berjalan ke belakang ku dan mendorong ku ke pinggir. Di sana ada Lily, Seth, dan Hannah yang menunggu. Mereka menyiapkan minum dan handuk untuk kami.

"Tuan Putri tidak boleh ragu dengan kemampuan sendiri. Lalu saat sedang berduel, jangan memikirkan menang atau kalah. Itu akan membuat peluang kalah semakin meningkat karena tertekan," dia masih mendorong ku ke pinggir.

"Lalu apa yang harus Athy lakukan? Itu terjadi tiba-tiba Kau tahu?" aku mendongakkan kepala.

"Kalau itu terjadi, cobalah menikmati permainannya. Nikmati duel itu."

Menikmati permainan? Jadi aku harus menikmati jalannya duel tanpa memikirkan menang atau kalah? Omong kosong apa itu? Semua orang pasti berpikiran ingin menang. Memangnya ada orang yang-

Aku terdiam, menyadari sesuatu. Ku dongakkan kepala ku sekali lagi. Remo Clystion tersenyum. Sepertinya dia senang aku menyadari sesuatu.

"Anda menyadarinya?" tanyanya pelan.

Aku mengangguk dan menatap ke depan. "Setelah Tuan Remo bilang begitu, Athy menyadari sesuatu. Saat melihat papa dan Lucas berduel, mereka terlihat menikmati permainannya. Terutama Lucas, meskipun dia tahu kalau dia akan kalah nantinya. Di samping itu, duel mereka sangatlah lama."

Remo Clystion mengangguk. "Coba lakukan itu di lain kesempatan. Pikiran tanpa tekanan akan membuat Anda lebih mudah mempelajari hal baru dalam duel. Selain itu, peluang kalah dalam waktu dekat semakin menipis."

Aku mengangguk paham. Jika duel berlangsung agak lama, ada kemungkinan untuk mencari celah menang. Ah, Remo memang pantas menjadi pelatih berpedang ku.

Tak terasa, kami sudah sampai di tempat Lily, Seth, dan Hannah menunggu. Dengan segera, Lily dan Seth menghampiri ku. Berbeda dengan Hannah yang menghampiri Remo Clystion. Hannah menyodorkan handuk dan minum.

"Terima kasih, Nona Hannah," ucap Remo Clystion tersenyum.

Hannah yang mendapat ucapan terima kasih merona dan membalas, "sama-sama, Tuan Remo."

Lihatlah, ada yang sedang PDKT. Aku menghela napas pelan. Sudah sejak sebulan lalu, Hannah dan Remo Clystion saling kenal. Mereka sering berbincang-bincang saat istirahat latihan pedang. Dengan asyiknya mereka berbincang sampai mengabaikan aku.

Lama-lama aku kesal juga melihat orang PDKT. Maksud ku, mereka terlalu asyik dengan dunia sendiri. Kemarin Felix dan Lily, sekarang Hannah dan Remo Clystion, besok siapa? Seth?

Aku menoleh ke arah Seth. Seth tersenyum simpul. Aku menghembuskan napas lega. Nah, Seth belum menemukan soulmate nya, jadi dia tidak akan mengabaikan ku sementara waktu ini. Tidak tahu kalau nanti sudah ketemu.

Jahat sih, tapi aku berharap Seth belum menemukannya dalam waktu dekat. Aku bisa kesepian kalau ketiga pelayan kesayangan ku asyik PDKT dan meninggalkan ku sendiri.

Chance (WMMAP FANFIC) || S1✓ [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang