05

339 43 12
                                    

Mereka hanya bisa menilai diri kita dari luar dan menganggap kita tidak pantas ada di sekelilingnya. Tapi saya akan membuktikan bahwa saya juga ingin di anggap di sekeliling orang-orang terdekat saya.




____________________

LIMA
____________________

Baru saja Brandon meninggalkan basecamp biggest dan memberi peringatan ternyata tidak cukup untuk mereka. Buktinya, sekarang mereka lagi-lagi mencari masalah dan datang ke basecamp bardolf tempat yang sangat di lindungi oleh Brandon dan temannya yang lain.

Bardolf sudah menganggap basecamp sebagai rumah. Tempat mereka berkumpul berbagi keluh-kesah. Tidak ada siapapun yang suka rumahnya di usik, begitulah prinsip Brandon.

"Kenapa?" tanya Juwita sadar atas perubahan raut wajah abangnya.

"Biggest, nyerang basecamp."

"Mending sekarang lo langsung kesana bang, gue pulang naik taxi kan bisa."

Brandon menggeleng kepalanya. "Nggak! Gue harus mastiin lo sampai ke rumah dengan selamat," jawab Brandon tegas. "Kita pulang sekarang. Biar David, Lucas dan yang lain ngurus mereka," jelas Brandon pada Juwita. "Setelah gue antar lo pulang, baru gue nyusul."

"Okay, kalau gitu sekarang kita langsung pulang aja, bang."

Brandon mengangguk cepat dan langsung membayar makanan yang belum sempat mereka makan.

🌸🌸🌸

Motor besar bewarna putih milik Brandon melaju cepat membelah kota jakarta. Emosinya kembali tidak stabil. Brandon sangatlah bosan harus meladeni mereka semua, namun jika Brandon diam semua sahabatnya akan berada di situasi bahaya.

Brandon tiba di depan basecamp bardolf. Keadaan disana yang semula barangnya tertata rapi kini berantakan. Sedangkan temannya sedang duduk di sofa dengan kondisi babak belur.

"Mereka udah pergi," ujar Lucas sebelum Brandon bertanya.

"Bibir gue masih sexy kan, Brand?" tanya David seraya memegangi sudut bibirnya yang terasa perih akibat pukulan dari anggota biggest.

"Diam lo," ujar Brandon ngegas. "Mau gue tambah?"

David terkekeh. "Canda, Brand. Lo hidup di bawa serius mulu."

"Ngapain juga serius sama lo?" tukas Brandon.

"Lah, gue juga masih normal, sans."

"Brand, lo harus lebih extra jagain Juwita. Menurut gue hal tadi belum seberapa," kata Daniel pada Brandon, sambil menahan nyeri di sekujur tubuhnya.

Brandon mengangguk setuju. "Gue minta maaf terlambat datang."

"Gapapa, Brand. Mendingan sekarang lo beliin kita sesuatu kek," balas Arthur memberi kode.

"Haus," timpal David.

Brandon terkekeh. Meskipun sekarang temannya sedang babak belur mereka masih sempat-sempatnya bercanda. Akhirnya Brandon mengiyakan saja dan membelikan mereka minuman, dan es batu untuk mengompres luka.

****

"Brandon? Dari mana aja kamu?" Lagi-lagi sentakan yang Brandon dapat dari ayahnya. Bahkan sejak kecil Brandon tidak pernah merasakan kasih sayang seorang ayah.

"Berantam lagi kamu? Gak cukup buat saya malu?" tanya Keanan. "Asal kamu tau ya. Saya sangat malu punya anak seperti kamu!"

BRANDOLF [SELESAI] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang