03

437 50 2
                                    

Gue gak mau kehilangan satupun sahabat yang udah gue anggap sebagai keluarga.




____________________

TIGA
____________________

"HAH SERIUS LO, BRAND?" teriak David tepat di samping telinga milik, Brandon.

Karena kesal Brandon menendang bokong pria itu hingga terjatuh kelantai dan meringis mendapatkannya. Gelak tawa di basecamp Bardolfpun terdengar begitu keras.

"Kebiasaan lo Brand, seneng banget nendang bokong gue. Kenapa lo suka sama bokong gue?!"

Gendang telinga Brandon masih berdenyut pria itu masih menutup rapat-rapat telinganya lalu menatap David tajam. "Gue masih normal, Dav. Najisin lo, gak ada spesial-spesialnya juga."

"Lo seriusan ada yang ganggu, Juwita?" tanya Lucas serius. "Lo gak kenal salah satu dari mereka gitu?"

Brandon mengggeleng. "Nggak, gue gak kenal mereka sama sekali."

"Buset dah. Emang kita punya musuh seberapa banyak sih?" kaget Arthur.

"Lo harus hati-hati, Brand. Gak boleh lengah," kata Elina ikut berbicara. "Lo taukan Biggest itu anggotanya lebih banyak dari kita. Walau beda sedikit sih. Tapi tetap aja, mereka punya otak licik."

"Gue setuju sama lo, El." Daniel ikut menyuarakan pendapatnya. "Gue takutnya Juwita di jadiin alat, untuk mereka nyerang kita."

"Maksud lo apa, Dan?" tanya Brandon tidak mengerti.

"Brand, gue yakin biggest udah tau kalau Juwita adik lo. Dia pasti mamfatin situasi dimana lo dan Juwita beda sekolah. Dan pasti kalau ada apa-apa sama Juwita, lo lengah," kata Daniel menjelaskan. "Saat lo lengah. Mereka lebih mudah nyerang kita. Kita disini semua tau mereka licik kan? Bahkan mereka akan melakukan seribu cara untuk nyerang kita."

"Gue setuju apa yang di bilang, Daniel," ujar Elina pada Brandon. "Juwita dalam situasi bahaya."

David menghela napas pelan dan menepuk pundak Brando. "Lo masih punya kita-kita. Jangan terlalu khawatir yang bikin fokus lo berkurang. Gue tau anggota mereka lebih banyak, tapi kalau kita kerja sama mereka juga bisa kalah."

Brandon duduk dengan kedua tanga terlipat di atas pahanya. "Gue gak akan biarin siapapun nyentuh adik gue. Sampai adik gue kenapa-napa gue akan cari mereka sampai ketemu, meskipun nyawa gue jadi taruhan."

"Lo gak bisa lawan mereka sendiri, Brand. Kita siap bantu lo untuk jagain dia," kata Lucas.

🌸🌸🌸

Tak hentinya Brandon memainkan pulpennya. Perasaannya kacau, sulit untuk tenang. Pikirannya sekarang hanya tertuju pada adiknya Juwita. Bahkan guru menerangkanpun Brandon tidak perduli.

Brandon merasa handphone yang di taruh di kolong mejanya bergetar. Pria itu meraihnya secara hati-hati sekalian memperhatikan guru yang sedang berbicara di depan.

*Whatsapp Chat*

Arthur: Gue yakin pasti lo lagi gak tenangkan. Gimana kalau sekarang kita ke SMA Garuda.

Brandon: Gila lo. Masih belajar ini.

Arthur: Jangan so suci lo, Brand. Bukannya lo udah biasa kabur? Ajak David, Lucas sama Daniel. Gue tunggu depan gerbang!

BRANDOLF [SELESAI] ✓حيث تعيش القصص. اكتشف الآن