Keping 29 : Sapu Tangan Berharga

Start from the beginning
                                    

"Jangan cuci tu sapu tangan. Ada keringet gue. Gue kasih gratis buat lo tad. Cuman elo yang punya. Ray aja kagak pernah gue kasih kenang-kenangan keringet." Naya berkata sambil berlalu, kembali melakukan aktivitasnya.

Tapi Izzu, demi mendengar kalimat Naya itu tak bisa untuk tetap berdiri sok tegap, ia sedikit limbung kebelakang, menyembunyikan rona pada ujung telinganya. Bersemu kembali, seketika lupa dengan kasus 'ustad gue'. Cekatan, lelaki berwajah teduh itu melipat sapu tangan kotak-kotak birunya, menyimpannya kembali ke dalam saku. Mungkin seperti apa yang Naya pinta, Izzu tak akan pernah mencuci sapu tangan itu lagi. Tidak akan lagi.

Mereka berempat selesai berberes-beres setelah setengah jam lamanya mondar-mandir dari lokasi jualan ke lapangan parkir. Keempatnya sama letihnya. Tapi Izzu menjadi yang paling letih, entah mengapa, bayangan 'ustad gue' kembali muncul dalam benak Izzu. Hatinya kembali tak tenang.

Lelaki berwajah teduh itu beristighfar berkali-kali. Benar-benar berkali-kali demi bisa meluruskan pikirannya lagi.

Usai memastikan semua beres dan terkendali, Naya mengajak Sandra dan Davin untuk makan siang di warung pecel lele Mang Toyib. Tentu saja ajakan itu disambut gembira oleh duo hebring. Sekalian, Naya juga mau menyampaikan pada dua karyawannya itu bahwa besok ada job ke pesantren Izzu.

Karena Naya dan Sandra memang tak membawa motor, maka mereka ikut dengan Izzu dalam mobil butut sang ustad. Kali ini Naya memilih duduk dibelakang dengan Sandra. Katanya, ia lelah dan ingin tertidur sebentar.

Izzu tak bisa bersikeras untuk tetap mempertahankan sang dara di depan. Naya sepertinya memang benar-benar butuh untuk tertidur walau hanya sebentar.

Mereka melaju ke warung pecel lele Mang Toyib. Sekitar satu jam perjalanan dari kampus, itu pun sudah dipotong waktu macet dan lampu merah.

Davin memimpin jalan. Membawa Izzu ke tempat makan tujuan mereka.

...

Sesampainya di warung Mang Toyib, Davin langsung menyapa ramah sang pemilik yang kebetulan telah mengenal anak-anak Queen Florist selama kurang lebih tiga tahun ini. "Eh, mang Ucup makin seger aja.... Makan apa ni mang? Kembang tujuh rupa?"

"Si akang mah bisa aja. Dikira mamang kuda lumping ya." Mang Ucup menjawab singkat, namun matanya tertuju pada Izzu, seseorang diantara tiga sekawan yang baru dilihat mang Ucup hari ini.

"Dia suaminya kak Nay, mang." Sandra cepat menghentikan pikiran heran mang Ucup.

Ucup membelalak, "Su-suami? Sejak kapan? Kok mamang nggak diundang."

"Semuanya mendadak mang." Naya menjawab cepat.

"Aduh, selamat ya neng. Kalau gitu, hari ini sebagai hadiah pernikahan neng Naya, mamang kasih gratis semuanya." Mang Ucup menimpali sopan.

"Yeeee!!" Sandra bersorak.

"Neng Naya ama suaminya aja, yang jomblo nggak!" Mang Ucup cepat menyahut teriakan Sandra.

Sandra manyun seketika, menjawab dingin, "Mang Ucup minta disantet ni kayaknya."

"Ahhh si mamang pilih kasih, nggak seru kan San?" Davin sedikit kecewa dengan si pemilik warung.

Sandra mengangguk.

"Sudah, toh yang bayar ntar juga aku." Naya memotong langsung.

Membuat Davin dan Sandra bahagia seketika.

Mereka berempat masuk ke dalam, mencari meja kosong untuk duduk sambil menunggu pesanan datang. Setelah Davin dengan senang hatinya memesan banyak menu makan siang.

ZuNayaWhere stories live. Discover now