27 - Wishin' To Stop

49 15 2
                                    

"Fall in love when you're ready, not when you're lonely."

"We all have to know that the person we fall for will not always ready to catch us."

-Unknown

•••

Mata gadis, yang menatap punggung tegap Biru berjalan hingga tak terlihat lagi, agak terhenyak dengan kehadiran lain yang tidak terduga. Sorot mata tenang Tera bertemu dengan mata cokelat milik Mentari yang baru saja keluar dari bayang gelap di lorong. Dia tak tau sejak kapan gadis yang dia beri julukan sebagai bucinan-nya Biru itu di sana.

Lidah Tera mengelum bibirnya yang entah mengapa terasa kering. Dia tak paham, perasaan bersalah menyeruak begitu saja dari dadanya saat menyadari pandangan kecewa dari Mentari, itu menegurnya. Jika ada sebuah hati yang bisa patah dengan parah saat ini, dengan fakta pahit bersama kesalahpahaman.

Saat Mentari hendak melangkah, pergerakan Tera seperti menahannya. Dengan jiwa ragu, Tera mendekat pada Mentari. Berniat ingin bertanya berapa lama dia sudah di sana. Namun sebelum itu terlontar, Tera kembali tertusuk dengan kalimat Mentari yang begitu menggambarkan dirinya.

"Pembohong." Mata Mentari menyipit sebagai tanda jika itu adalah sebuah olokan pada gadis dihadapannya.

"Maksudnya?" Tera bertanya dengan tidak enak hati. Ia cukup tak menyangka kalimat yang keluar adalah sebuah tuduhan.

"Zarrel Faresta ..., pura-pura ...?" Kepala Mentari miring, sebetulnya apa yang ia bisa tangkap hari itu tak jelas. Kemarin dia juga sudah berjanji tidak ingin mengingatnya dan beralih menjadi orang yang tidak tahu apa-apa. Tapi, hatinya sekarang sedang sangat buruk dan dia butuh target untuk menuangnya. Meskipun dia sendiri tak bisa mengatakan ini adalah target, karena dia tidak sengaja mengeluarkan sisi egois.

Tera mematung ditempat, entah dari siapa Mentari tau perihal itu. Matanya menjelajah acak bingung menghadapi sesuatu yang tidak ia harapkan terjadi begitu cepat pula. Kini dia hanya bisa memandang Mentari dengan tatapan pucat karena panik. Dia hendak menyentuh bahu Mentari meminta penjelasan, dari mana datangnya kalimat Mentari yang memang fakta.

Namun ditepis dengan sangat kasar. Membuat lengan Tera terkena kuku Mentari hingga meninggalkan garis memerah yang cukup menyayat. Mata Mentari dan Tera sama-sama menatap bekas tepisan itu. Kemudian Mentari melengos begitu saja. Ini membuat Tera yang memang tadi masih bisa bersikap dengan kepala dingin agak tersulut.

"Tar!" Tungkai gadis dengan ikat satu mendekat pada Mentari yang sudah beberapa langkah didepan.

"Jangan kasih tau Biru," ujarnya lirih. Dia tak ingin jika Mentari yang dalam keadaan terbakar akan memberitahukan yang sebenarnya pada Biru.

"Naif!" ucap Mentari lagi dengan raut yang terlihat santai namun nadanya penuh penekanan.

Tera mendengarnya melongo tak percaya, jika Mentari adalah orang yang menghujatnya tanpa pikir panjang, itu membuat hatinya terluka meskipun dia tau Mentari tidak paham apa yang dirasakan Tera. Langsung merasakan luka yang menjalar karena satu kata itu, Tera menukikkan alis tak suka.

"Mentari gue nggak tau seberapa banyak yang lo tau tapi, lo nggak harus menyepadankan kata naif buat gue!" sentak Tera menipiskan jarak dengan Mentari yang seperti tidak punya hati hari ini.

You're My BlueWhere stories live. Discover now