4 - Brisk

84 29 4
                                    

Ceklek

"Ibun."

"Bun, Ibun dimana?" suara Biru menyapa begitu masuk rumah bernuansa minimalis dari depan.

Begitu membuka pintu, Biru disuguhi ruang tamu dengan suasana mid century-modern disambung nuansa bohemian saat menapak pada ruang keluarga.

"Ibun, dimana sih?" dumal Biru.

"Di dapur!" sebuah suara menyahut dari dapur.

Biru bergegas memasuki dapur. Biru mendekat ke sosok yang dipanggilnya Ibun itu. Jani sedang memotong daun bawang dengan aprone yang melekat pada tubuhnya. Meletakan kepalanya tepat di bahu Jani dan mengucapkan salam. Setelah itu memperhatikannya.

"Ibun ngapain?" Berdiri memperhatikan tangan Rinjani yang cekatan memotong daun bawang.

"Motong kamu." Menciptakan pelototan untuk Biru yang ada disampingnya.

Biru hanya terkekeh.

"Bun, mau," tanpa menjawab Ibunnya meninggalkan pisau dengan potongan daun bawang yang belum selesai. Biru langsung mengambil alih. Sedangkan Ibunnya mengaduk sesuatu di panci dengan kompor menyala.

"Bi Lusi kemana, Bun?"

"Meriang, katanya, padahal Ibun tau dia mau jalan-jalan ke Bogor ama pacarnya. Semoga aja enggak meriang beneran karena bohongin Ibun." Disahut dengan tawa oleh Biru yang mendengar kalimat lucu Ibunnya.

Ibunnya memasukan wortel dan buncis ke panci. Sebelum itu, Biru sempat meraih tiga potongan buncis kecil. Dia langsung memasukkannya ke mulut.

"Biru, tangannya iseng aja, itu buncis belom mateng!" Dibalas senyuman nakal oleh Biru.

Jani meraih daun bawang yang belum diselesaikan Biru. Biru meletakkan kepala di ceruk leher Ibun.

"Biru, Ibun masak dulu, mandi sana abis itu makan." Memasukkan daun bawang ke panci dengan kepulan asap ringan.

"Nanti, Bun," keluh Biru. Kakinya lelah, meski begitu ketika berdiri dekat Ibun, rasa-rasanya berkurang derastis.

"Ibun pasti masak sayur asem ya?" tanyanya spontan.

"Lho, ini sayur asem? Ini sayur sop, Biru!" Biru terkekeh, senang melihat Ibun menyanggah ucapan Biru.

Kemudian hening sesaat.

"Papah pulang kapan?" tanya Biru.

"Katanya minggu depan Papah pulang," jawab Jani.

"Kamu kenapa?" lanjut Rinjani, karena Biru tingkahnya agak aneh ketika pulang tadi. Biasanya sepulang sekolah ia langsung naik ke kamarnya hingga makan malam. Sedangkan, ini agak berbeda.

"Gerah? Sakit?" Ibun merasakan gelengan sebagai jawaban.

"Terus?"

"Biru pernah kecil nggak sih, Bun?" tanya Biru random. Rinjani terkekeh.

"Ya, pernah lah, Nak!" Kan, kalo nggak kecil dulu mana bisa besar seperti ini sih? Ada-ada aja!

"Kok, Biru nggak inget? Bahkan Biru nggak inget pas masuk SD ama SMP," keluh Biru. Warna rautnya berubah seiring ingatannya kembali pada kejadian ia di kelas Pak Maran.

"Lho, kamu nggak inget? Coba ambil album foto, di laci keluarga paling kanan!"

Biru melepaskan pelukan pada Rinjani. Buru-buru meletakan tas asal, dan bersimpuh mencari album foto di ruang keluarga. Setelah dapat, Biru membaringkan diri di sofa panjang sambil membolak-balikan halaman buku dengan sampul biru tua.

You're My BlueМесто, где живут истории. Откройте их для себя