9. Terlambat

31 11 2
                                    

"Shel, kue nya taruh diatas meja sono katanya Kak Ekik," ucap Shelan sambil menunjuk meja yang berada didekat kasir.

Setelah Arshel menuju meja itu, Shelan berjalan keluar menuju motornya yang terparkir, namun langkahnya ia hentikan saat menangkap sosok gadis yang berada disudut cafe.

Langkah yang awalnya menuju pintu keluar ia ubah menuju sudut cafe dimana gadis itu tengah memainkan ponselnya.

"Meldi?" panggil Shelan sambil menyentuh bahu gadis itu dengan sekilas.

Gadis itu menoleh kearah Shelan yang berdiri dibelakangnya. "Eh, iya Kak," ucap gadis bernama Meldi itu dengan senyumnya.

"Lo ngapain sendirian disini?" tanya Shelan.

"Tadi aku kerja kelompok sama temen-temen, tapi cuma tugas aku yang belum selesai, jadi aku pulang terakhir," jelas Meldi.

"Udah selesai? Gak pulang?"

"Iya, ini mau pulang."

"Yaudah, sama gue aja kalo gitu," ucap Shelan dan dibalas anggukan oleh Meldi.

"Lan, gue mau pulang!"

Shelan menoleh kearah Arshel yang berdiri dibelakangnya. "Eh Shel, lo bisa pulang sendiri gak?"

"Hah, gak bisa gitu dong. Lo yang ngajak gue kesini, lo juga tadi bilang mau nganterin gue pulang kan?" tegas Arshel dengan menggebu-gebu.

Shelan menggaruk tengkuknya. "Emm... ya gimana ya. Meldi juga mau pulang nih."

"Gak usah Kak, Meldi bisa pulang sendiri kok," ucap seorang gadis lalu berdiri disamping Shelan.

"Mau pulang naik apa lo Mel? Gue anterin pulang aja," jelas Shelan.

"Tapi nanti Kak Arshel gimana?" tanya Meldi.

"Ah dia mah bisa pulang sendiri. Ya kan Shel?"

Arshel menggeram, padahal Shelan yang bilang jika akan mengantarkannya pulang, tapi ini apa? Sungguh menyebalkan! Jika Arshel tau ini akan terjadi, seharusnya ia tak menuruti Shelan untuk ikut dengannya.

"Em Shel, Ini gue ada sedikit ongkos buat lo naik bis. 15 menit lagi bis nya lewat jalan ini, lo tunggu aja di halte dideket sini," ucap Shelan sambil menyodorkan dua lembar uang berwarna ungu kepada Arshel.

Arshel menatap tangan Shelan dengan geram. "Gak usah! Gue punya sendiri!" teriak Arshel lalu berjalan keluar cafe meninggalkan Shelan dan Meldi dengan langkah yang dihentakkan.

Arshel terus menggerutu disepanjang perjalanan menuju halte. Ingin sekali ia menendang Shelan dengan membabi buta, menjambak rambut Shelan dan memukul-mukul Shelan. 

Arshel mendaratkan pantatnya diatas bangku halte dengan kesal. Tak lama kemudian sebuah motor melaju didepannya.

"Shel, ati-ati ya. Kalo ada preman yang ngegodain lo didalem bis, tendang aja telurnya sampe pecah!" teriak Shelan yang berada diatas motor itu dengan Meldi yang berada dibelakangnya.

Motor itu pun melaju meninggalkan Arshel yang kekesalannya semakin meluap-luap.

Arshel menarik dan menghembuskan nafasnya dengan tertatur, ia berusaha meredakan emosinya karna manusia tengik bernama Shelan itu.

Arshel melirik jam tangannya yang melekat dipergelangan tangan kirinya. Bus akan tiba 10 menit lagi, waktu yang cukup panjang. Padahal 5 menit lagi adzan maghrib akan berkumandang.

Tin... Tin...

Arshel mengelus dada karna terkejut dengan suara klakson motor yang tiba-tiba berhenti didepannya.

ArshelanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang