07

52 16 17
                                    


Hanya kamu yang mengerti. Hanya kamu yang berlebih. Walau sisanya aku tak memilih. Percaya, hati ini tak akan berlabuh lagi karena kamulah sang pemilik hati.

♡Hesti🌸

****

Raga berdiri di balkon kamar sambil menyesapi secangkir coklat panas yang dibuat oleh Andin. Mereka baru saja pulang dari sekolah setelah mampir terlebih dahulu ke minimarket untuk membeli stok bahan makanan.

"Raga?" Raga menoleh saat merasakan tepukan dibahunya. Cowok itu tersenyum manis ke Andin. Gadis dengan rambut yang disanggul asal, juga baju piama bergambar stroberi besar.

"Udah?" tanya Raga. Cowok itu menaruh cangkir diatas meja kecil, kemudian duduk disofa yang tersedia di balkon kamar mereka.

Andin ikutan duduk juga. "Udah beres semuanya. Mhh, sekarang ... " Andin menyampingkan tubuhnya sehingga berhadapan dengan Raga. Ia tersenyum manis, "lo harus turutin permintaan gue yang tadi di sekolah."

Raga terdiam. Merasakan debaran jantungnya yang mulai menggila. Mungkin begini rasanya jadi Adam--teman di sekolah lamanya dulu yang selalu berkontak fisik dengan sahabat ceweknya. Raga merasakan, hal-hal menyenangkan yang 'mungkin' akan menjadi candunya.

"Mau gue bunuh lo ya?" sentak Andin tiba-tiba. Cewek itu menatap Raga garang. Seolah tau, seolah mengerti, apa yang dipikirkan cowok yang mendadak meSuM itu.

Raga hanya menyengir.

"Jadi ... malam ini gue tidur sama lo, kan?" tanya Raga lempeng.

Plak!

Andin menampar pipi cowok itu secepat kilat. Ia menatap Raga dengan wajah memerah menahan marah. "Lo pikir gue cewek apaan, ha?! Gue gak semurah itu untuk mau tidur sama hewan peliharaan kayak lo! Najis, jijik, pen muntah."

Jahatnya ....

Raga mengelus dada sabar, tak lupa menyorot 'sang teman atau sahabat atau pacar atau majikan atau saudara' -nya itu dengan pandangan tersakiti.

Raga menggeleng-gelengkan kepala. "Gue pikir ... hubungan kita mau bereinkernasi ke Adam Sheyra."

"Raga gila-gila-gila!!"

Raga tertawa ngakak. Lihatlah bagaimana ekspresi Andin yang sangat menggemaskan itu. Yang selalu membuat Raga sedikit berwarna dan terhibur.

Andin mendengus jengkel.

"Udah ketawain gue nya!" Andin melipat kedua tangannya depan dada. "Kebiasaan banget lo. Merusak suasana aja. Padahal ...," Andin sengaja menjeda kalimatnya. Ia membuang wajah saat Raga menatapnya lekat.

"Padahal?" tanya Raga ulang.

"Padahal ...," Andin menggaruk rambutnya yang tidak gatal. Tiba-tiba saja jantungnya berdebar tidak karuan.

Memang semenjak mereka pindah habis dari tempat tinggal lama. Andin dan Raga mulai tinggal satu atap. Mereka mulai belajar hidup mandiri dan hemat dalam mengeluarkan uang. Dan, hubungan mereka pun mulai berjalan seperti tidak seharusnya.

Mungkin juga, karena ... mereka tidur dikamar berbeda namun dalam satu balkon yang sama?

"Ahh, gu-e mau ambhil minum du-lu."

Teman [Tapi] BukanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang