01

238 33 49
                                    


Cek Mulmed yaaa😉


Lewat tatap mata yang saling menyapa, ada bahagia yang tak terungkap melalui kata-kata.

🍦

Gadis dengan tas di punggung berwarna maroon, ramput panjang terkuncir kuda, serta jepit rambut berbentuk cone es krim di sisi rambut. Menatap lugu gedung sekolah di hadapannya.

Bangunan besar serta gerbang yang menjulang tinggi, membuat gadis berkulit putih pucat itu terpukau. Ini sekolah barunya, kah?

Namun, satu pertanyaan menyusup tiba-tiba. Mengapa gerbangnya di tutup? Apakah sekolah telah berakhir?

Gadis itu melirik jam tangan. Tidak, kok, ini masih jam delapan kurang lima.

Namanya Andin Freyasa. Gadis sempurna tanpa celah yang memiliki iris biru gelap indah. Bolongan kecil di kedua pipi, serta rambut lebat panjang coklat.

Di hari pertamanya sekolah setelah satu tahun menganggur di rumah. Andin mendesah pelan. Mengapa di hari pertamanya ia harus terlambat?

Lagian Andin sendiri tidak yakin jika di dalam gedung itu ada proses kegiatan belajar-mengajar. Dari luar gerbang saja terlihat sepi.

Atau, apakah ini sekolah.... berhantu??

Tidak-tidak! Ataukah, ini sekolah Hantu?!

Wajahnya segera menggeleng cepat. Mana mungkin ia daftar di sekolah Hantu. Andin, kan, manusia asli. Mungkin?

Suara langkah kaki terdengar di telinganya. Hingga sampai suara seseorang membuat Andin hampir berteriak.

"Heyy, lo kenapa, dah?" Andin menoleh kesamping pelan-pelan. Makhluk berjenis laki-laki ada di sampingnya dengan tas pink di punggung.

Eh, perempuan, kah?

Dia... laki-laki atau perempuan?

Andin tidak berkedip untuk beberapa saat. Menatap sosok manusia berwajah tampan namun juga cantik, dengan jepitan bunga di rambut pendek sebatas telinga nya.

"Enggak usah kaget gitu, gue cewek kok." Seakan tahu apa yang di pikirkan Andin, gadis itu memberi senyum manis.

Andin tersenyum kikkuk. Ia kembali menatap gerbang sekolah di hadapannya. Tidak ada kah yang mau membuka gerbang?

"Hmm." Andin menoleh lagi saat cewek yang ia tidak ketahui namanya berdeham.

"Sebenarnya ya, gak guna loh kita berdiri disini," ujarnya.

Ha?

Ia kembali melanjutkan. "Iya, peraturan di sekolah ini jika ada murid yang terlambat tidak akan di ijinkan masuk. Kecuali... "

Kecuali?

Cewek itu menatap Andin lurus. Beberapa saat mata nya menyipit, "Lo--- gak bisa ngomong, kah?"

Eh?

Andin tidak mengerti.

Cewek itu berdecak seraya menggeleng pelan. "Lo beneran gak punya mulut ternyata."

"Gue punya mulut, ya!" Bantah Andin sebal.

Gadis itu terbahak.

Apanya yang lucu?

"Abisnya lo daritadi, gue ngomong gak ada di balas. Dibales pun lo cuma ngomong dalam hati," jelas nya sedikit sebal.

Dia, bisa baca pikiran kah?

Gadis itu mengangguk. "Iya, gue bisa baca pikiran orang. Kaget gak lo?"

Eh?

Andin bersuara, "gak. Gue gak kaget. Lagian dulu gue juga punya temen yang bisa baca pikiran."

Andin tidak mungkin lupa dengan teman nya yang satu ini di sekolah lamanya dulu. Gadis cantik yang suka sekali dengan hujan. Gue kangen Rai--

"Ohh. Okelah, sekarang mending kita pergi aja."

"Kemana?" Andin menatap gadis itu tanda tanya.

"Kesuatu tempat yang bisa membawa kita masuk kedalam sekolah." Cewek itu menarik tangan Andin berjalan kesisi gedung lainnya.

Andin manut saja. Setelah sampai di belakang gedung sekolah, Andin menatap di depannya. Ada sebuah tangga lapuk yang ujungnya sampai ke dinding atas. Ternyata bagian belakang sekolah tidak seindah bagian depannya. Ada rumput-rumput liar di sana.

Pertanyaanya, mau ngapain mereka disini?

Atau, jangan-jangan....

"Iya, kita masuk kesekolah lewat tangga ajaib ini," cewek itu menyengir lebar.

Andin menatap tidak yakin tangga di hadapannya. Lapuk dan basah. Apakah aman?

"Gue duluan ya." Gadis itu mulai menaiki tangga satu persatu. Hingga sampai di puncak paling atas, ia melambaikan tangan nya pada Andin. "Aman, kok!"

"Jangan bilang lo takut?" Teriaknya.

Takut? Andin tidak mengenal kata itu. Ketakutan terbesarnya hanya terletak pada sahabat.

Andin mulai memanjati tangga tanpa halangan, seperti sudah biasa. Ketika sampai di puncak, dari bawah gadis itu mengisyaratkan untuk lompat.

"Jangan bilang lo takut!" Teriak gadis itu lagi.

"Berisik lo!" Balas Andin.

Ia melompat dan mendarat mulus disana. Ia menatap gadis itu datar.

"Siapa nama lo? Bingung gue dari tadi mau manggil apa," tanya gadis itu.

"Andin. Andin Freyasa."

"Oke. Gue Bella, Bella Arsenio."

Andin hampir menyeburkan tawa ketika mendengar nama belakang Bella. Ia menekan kedua pipinya sebentar, lalu berujar, "Gue panggil lo Arsen, oke? Soalnya Bella gak cocok."

Jahatnya...

Bella mencebikkan bibirnya. Walaupun penampilan nya seperti cowok, tapi Bella cewek tulen kok.

"Terserah, ahh!"

Andin terbahak-bahak. Tidak menduga akan di pertemukan makhluk aneh sejenis Bella. Andin memang jahat. Memang jahat!

"Btw, Ndin. Lo kan anak baru, gimana di hari pertama sekolah lo, kita bolos?"

Bolos?

Tiba-tiba Bella mencubit lengannya kecil. "Lo punya mulut bego!"

Parah, ish!

"Bolos?" Andin menyuarakan pikirannya.

Puas?!

Bella terkekeh pelan, "iya, dong. Yok kita bolos, bolos pelajaran. Gue pengen ngenalin lo sama para cogan-cogan di sekolah kita," ucap nya antusias.

Cogan?

"Pliss, ya, Ndin! Lo minta di pukul, ya?"

Andin terkekeh sambil menunjukan jari peace nya. "Cogan? Emang ada?"

"Ada dong! Apalagi kemaren ada anak baru juga, bule. Sumpa ganteng banget!"

"Namanya?"

Bella mengetuk kepalanya, mengingat nama anak baru yang ganteng nya parah-parah itu. Beberapa saat hingga ia menjetikkan jarinya.

"Raga, Ndin! Raga Preda."

🍦

Sabtu, 13-06-2020.

Harusnya sih update seminggu sekali😊, cuma karena aku terlalu senang sama nih cerita jadi pengen cepat-cepat up😂😂

Ohh, iyaa! Jangan lupa follow akun ig kami juga!
@Phoenix_Aurora_

Salam literasi!

TBC.


Teman [Tapi] BukanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang