05

78 16 47
                                    


Bella membuka matanya perlahan. Menyesuaikan pandangan pada cahaya yang pertama kali masuk. Ia melempar pandangan kesekitar. Memastikan dimana ia berada sekarang.

"Lo gila banget, Ga! Sumpah!" Suara Andin sampai ketelinganya.

Saat ini Bella berada di UKS. Dia tidak mengingat kejadian apa yang menimpanya, yang membawanya pada ruang Uks dengan brankar berwarna ungu menjijikan ini.

Ewwhh.

"Anak Krystal pada aneh semua. Pada gak waras kayaknya saking pintarnya!"

Itu suara Raga.

Kepala Bella pening. Seketika ia teringat kejadian sebelum ia pingsan. Ucapan Raga yang sangat romantis dan imut namun untuk Andin, bukan untuknya.

"Dah biasa gue sama Andin bahas ginian. Memangnya ... kenapa kalau Andin yang ngasih gue jatah?"

Bella ingin menangis detik itu juga. Disini dialah yang korban. Korban penghianatan dari teman baru nya. Andin memang tidak tau diri, tidak tau malu!

"Raga, ish! Jangan rangkul-rangkul," Suara Andin terdengar lagi.

Setelahnya, pintu UKS terbuka. Muncul Raga dan Andin yang masuk dengan wajah tak berdosa nya. Raga yang merangkul Andin, sedangkan Andin tampak biasa saja. Seolah sentuhan dari Raga tidak berarti apa-apa.

Bella melirik Andin sinis. Ke Raga, ia tersenyum manis.

"Woi, Sen! Gak adil lo?" celetuk Andin kesal.

"Sana lo pergi!" usir Bella.

"Gue mau jelasin, Sen."

"Gak usah, gak perlu. Sana lo! Lo pergi, Raga disini," ucap Bella final.

Andin menggeram kesal. Disini dialah yang korban! Nama nya tercoreng karena mulut tak terkontrol Bella. Baru juga hari pertama, bahkan dirinya saja belum mendapat kelas.

Miris, menyedihkan.

Ini semua gara-gara Raga sialan! Raga jelek kayak Manu Rios!

Andin merinding seketika saat merasakan tatapan menusuk dari Bella. Andin menggeleng cepat. Ia menggandeng lengan Raga lalu berucap pada Bella, "Kalau gue pergi, Raga juga pergi. Bye!"

Bella melongo di tempatnya saat Andin menghilang dari balik pintu.

Kenapa jadi dia yang marah?

Kan, harusnya mereka minta maaf. Apalagi Raga.

"HUWAAAA!"

Bella pingsan lagi.

****

Raga terkikik di tempatnya melihat perubahan wajah Andin menjadi dongkol. Dahulu, Andin itu sangat imut. Sejajar dengan wajah dan sikapnya. Namun, sekarang? Semenjak pindah sekolah, semuanya berubah drastis. Andin mulai bereinkernasi menjadi diri sendiri.

Eh?

"Nama gue jelek gara-gara lo, Raga!" Andin merengek sambil menghentak-hentakan kakinya di

Mulai menyalahkan Raga yang 'eceknya' tidak tahu apa-apa.

Dahi Raga mengerut. Ia menunjuk diri sendiri. "Gue?"

"SINI BUNUH!" teriak Andin kesal.

Raga tertawa ngakak. "Mana bisa seorang Princess macam lo ngebunuh orang. Kamu kan orang baik,"

Andin bergidik jijik. Ia memperegakan gaya orang mau muntah. "Jijik-jijik-jijik, ihh!"

Raga mengulum senyum tipis. Ia membenarkan posisi duduknya, menopang kedua tangan di atas meja.

Teman [Tapi] BukanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang