Resiko Dicintai

4K 374 13
                                    

Saya sebenernya males ngepost, sebab pembaca ternyata tidak terlalu suka. Buktinya votenya sedikit. Oke, kalau kalian suka vote yang banyak, kalo gak suka yah artinya tidak terlalu diharapkan cerita ini.

So, kalau ingin cerita ini lancar sampai ending dukung Aubi dengan bintangnya. :)

Jangan lupa vote dan follow FebiDanCintaNya

•••

Kini Andriana dan Wina duduk di sebuah cafe dekat kampus.

Setelah kejadian Wina ditolak oleh Andriana, ia merasa puas dan tenang karena Wina menjauh dari Devan. Tetapi ketika Devan menolak semua gadis yang ia tawarkan, ia kembali resah. Akhirnya ia mengirim orang untuk memata-matai anaknya. Dan benar saja, Devan kembali mendekati Wina bahkan berencana melamar Wina pada orang tuanya.

Andriana begitu marah dan hari ini ia mendatangi Wina bermaksud mengusirnya dari hidup putranya. Ia mengeluarkan cek berisi delapan digit. Wina menghela nafas, begitu hinakah ia?

Wina dengan hati-hati mendorong cek itu kembali ke hadapan Andriana dan menolak dengan halus.

"Maaf Bu Andriana, saya tidak bisa menerima cek ini."

Andriana bersungut marah, tetapi ia masih mendengarkan kelanjutan ucapan Wina.

"Selain terlalu banyak, saya tidak bisa disogok. Jika saya ingin, saya akan pergi dari hidup Devan. Tetapi saya tidak ingin lagi menolak ketulusannya. Saya menghargainya dan yakin kalau dia mampu mencintai saya dengan tulus. Saya sungguh minta maaf tidak bisa menolaknya lagi, tidak bisa memenuhi keinginan anda untuk pergi dari Devan. Bukan saya tidak tau diri, saya tau diri dan sudah terus terang pada Devan, tetapi ia masih kekeuh ingin melamar saya."

Ia menjeda, sebenarnya ia gugup tetapi ia harus tegas mengabil langkah.

"Jadi, tidak berguna jika Bu Andriana tetap meminta saya menjauh, saya tidak bisa melakukan itu. Jalan lain adalah Devan sendiri, anda bisa memintanya untuk membatalkan rencananya dan memintanya untuk menghapus rasa cinta itu. Anda ibunya, wewenang anda lebih besar dari saya yang hanya orang lain. Saya sudah memintanya tetapi gagal, saya tidak mampu untuk menghentikan tindakan dan perasaannya. Saya minta maaf," ia menunduk setelahnya.

Andriana marah besar, ia semakin membenci Wina.

"Pembelaan!" ia berdiri dan siap memaki.

"Kamu pakai pelet apa sampai Devan tergila-gila sama kamu?! Ini jelas gak normal sampai anak saya jatuh cinta sama kamu!" bentaknya lagi.

Seluruh pengunjung caffe sampai menoleh ke arah mereka. Andriana tetap berteriak pada Wina yang hanya diam saja.

"Oke, tidak usah bertele-tele lagi. Kalau kamu tidak mau pergi dari Devan, saya yang akan menyeret kamu menjauh!" ia kemudian pergi dan meninggalkan Wina yang menunduk sendu.

Selama 15 menit Wina duduk diam, Devan menghampirinya dan bertanya dengan tergesa.

"Wina!" ia menunjukan raut khawatir.

Orang-orang yang melihat kejadian sebelumnya menjadi paham, baru saja gadis yang disusul Devan telah diancam oleh ibu Devan.

"Ada apa? Mommy bilang apa sama kamu?" tanyanya bertubi-tubi, ia duduk di kursi depan Wina.

Wina mengangkat wajahnya dan tersenyum lemas.

"Jangan tanya sekarang, aku mau balik dulu. Besok kita bicarakan lagi."

Devan tidak bisa mendesak, karena itu ia hanya bisa berkata.

"Aku antar..."

Wina menggeleng, "aku sedang mempersiapkan skripsi tahun depan dan banyak yang harus ku kerjakan karena sebentar lagi UAS. Aku mau mampir ke tempat fotokopi dan membeli beberapa kebutuhan pokok yang habis, jadi... Saya mohon, biarkan saya berfikir sendiri."

Bukan Sugar Daddy (END)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora