Menjauh

4.1K 277 2
                                    

Difollow yeuw FebiDanCintaNya 😍

.
.
.

Wina menangis ketika memeluk Gavin, bocah kecil itu juga sudah menangis sesenggukan.

"Maafin kak Nana, sayang..." ia menahan isaknya.

‹‹‹‹VOTE‹‹‹‹

Devan dan Wina duduk di ruang makn berhadapan, air putih di depan mereka. Suasana senyap, mereka belum memulai pembicaraan setelah sedikit drama sejam yang lalu di rumah keluarga Andriana.

Devan masih menampilkan wajah garang dan sebaliknya Wina bagaikan Ayam yang akan diincar Musang, ketakutan.

Devan mengambil gelasnya, meminum air putih itu dengan terus menatap Wina yang menunduk.

"Wina, saya sedang mengusahakan agar kita bisa menikah. Tetapi kenapa kamu menyerah begitu saja dan membuat saya kesulitan, kamu sebenarnya kenapa? Menolak saya secara halus?" tanya Devan menahan emosi, ia bertanya dengan selembut mungkin.

Wina menghela nafas, "ya. Saya menolak karena saya tidak pantas untuk bapak, terlepas dari apa yang diucapkan bu Andriana, saya juga memikirkan hal yang sama. Saya minta maaf, tapi..."

"Tapi apa?" Devan tak sabaran, ia menghela nafas kasar. "Kita bicarakan ini besok, tapi kamu harus ingat Windi. Bagiku hanya kamu yang pantas untukku, bukan orang lain yang menentukannya!" tegasnya sebelum melangkah pergi ke kamar.

@Kampus
Esok harinya...

Wina masih bekerja di rumah Devan, tetapi ia memberi jarak pertemuannya. Terlepas dari acara perkenalan dengan calon mertua, Andriana juga menerornya untuk menjauhi sang anak.

Walau Devan berusaha untuk mencari kesempatan bicara dengan Wina, Wina terus mencari alasan untuk menundanya. Bahkan ia berniat mencari pekerjaan lain selain di tempat Devan.

Saat di kampus, Devan juga mencuri pandang ke arah Wina dan sengaja memanggil Wina sebagai penanggung jawab mata pelajarannya. Devan merasakan perubahan sikap Wina dan tak tahan ingin bicara dengannya.

@Ruangan Devan

"Wina kamu berbohong tentang kamu tidak keberatan menikah dengan pria tua seperti saya, kenyataannya kamu menjauhi saya."

Wina menatap Devan dengan tatapan sendu, berlawanan dengan Devan yang berapi-api.

"Saya hanya ingin meminta jeda pak, saya ingin memantaskan diri. Minimal setelah saya mendapat gelar dan mendapat pekerjaan yang layak untuk diperhitungkan. Jadi, tolong bapak jangan bersikap begini, ini malah akan memperburuk pemikiran bapak," jelas Wina menghela nafas.

Devan terdiam, ia memikirkan kata-kata Wina.

"Kamu belum punya perasaan sama saya?" tanya Devan akhirnya.

Wina serius, "belum. Memang saya sengaja agar tidak kecewa. Katakanlah saya egois, tetapi saya hanya tidak ingin menikah dengan seseorang sementara tidak ada dukungan di dalam hubungan itu," ia menjeda.

Devan terlihat frustasi tetapi masih mendengarkannya, "saya gadis biasa dari desa, kehidupan keluarga saya tidak harmonis dan saya mengharapkan kehidupan pernikahan yang harmonis. Kehidupan saya cukup berat sehingga saya mengharapkan sebuah akhir yang bahagia. Dari sana, saya juga tidak ingin memiliki mertua yang tidak menerima keberadaan saya dalam keluarga itu, akan berat jadinya. Maka, saya harus menjadi pantas terlebih dahulu untuk diterima di antara kalian. Tolong beri saya waktu pak."

Devan menghela nafas kasar lagi, "2 tahun!" putusnya.

"Maaf pak, saya tidak bisa mematok waktunya. Kita tidak tau jodoh kita siapa dan kita tidak bisa menentukan siapa yang menjadi takdir kita. Saya menghargai perasaan Bapak, tapi dengan Bapak memiliki perasaan pada saya semuanya menjadi berat bagi saya. Saya tidak nyaman."

Bukan Sugar Daddy (END)Where stories live. Discover now