Little Heart

Mulai dari awal
                                    

“Kau tahu di mana dia?”

“Tentu, berterima kasihlah padaku nanti. Sekarang ayo selamatkan tuan putrimu.”

“Ayo.”

Dia menunggangiku dengan semangat. Aku pun berlari semangat menuju mansion itu.

Beberapa kali Jil terjatuh, tapi dengan semangat membaranya, hal itu bukan masalah.

Butuh setengah jam agar kami tiba di tujuan. Jil terkagum melihat bangunan mewah itu.

“Besar sekali…”

“Tentu saja besar bagimu dan diriku yang kecil.”

Kami memeriksa satu persatu jendela kamar dengan hati-hati. Setelah beberapa saat, akhirnya kami menemukan kamar gadis kecil itu. Dia berada di lantai dua. Kami mengetahuinya dari tawanya yang keras.

“Bagaimana kita bisa mencapai kamar itu Black?”

Aku berpikir sebentar. Ini bukan masalah yang seekor kucing bisa pikirkan dengan cepat.

Tuhan membantu kami. Sebuah pohon besar berdesir ditiup angin yang posisinya tak jauh dari jendela tersebut. Seolah berkata ‘aku ada di sini, gunakan aku untuk membantu kalian’.

“Ayo kita panjat pohon ini saja!”

Jil menatap pohon itu dengan ragu. “Tapi aku tidak tahu cara memanjat…”

“Oh ayolah Jil. Kau hanya perlu menginjak batang itu dan itu dengan perlahan. Aku akan membantumu, tenang saja.”

“Hmmm … baiklah.”

Lalu dengan kaki kayu mungilnya dia memberanikan diri untuk memanjat. Perlahan tapi pasti kami sampai di salah satu jendela lantai dua.

Jendela tempat tujuan kami berjarak dua jendela dari tempat kami berpijak sekarang. Aku pikir aku sudah tidak bisa mendekat lagi.

“Jil, aku hanya bisa mengantarmu sampai di sini. Untuk selanjutnya berjuanglah.”

“Baiklah, terima kasih atas bantuanmu, Black.”

Setelah puas memelukku, boneka kayu pirang itu bergerak hati-hati menuju jendela tujuannya. Kuharap dia tidak terjatuh saat merayap di beranda.

Butuh usaha lebih baginya untuk sampai, tapi aku kagum dengan semangat dan usahanya.

Jendela itu diketuknya pelan. Tidak ingin membangunkan manusia di dalamnya. Tak lama boneka cantik menampakkan diri dari kegelapan kamar.

“Ji-jil?”

“Selamat malam Elisa, aku datang untuk menjempumu.”

Aku yakin Elisa akan menangis haru, jika dia punya kantong air mata.

Dengan tenaga kedua boneka itu pintu jendela berhasil dibuka. Elisa langsung memeluk Jil. Mereka berbagi kehangatan dan rasa cinta yang besar di balkon kecil itu.

Aku, bulan, bintang, dan tentu saja Tuhan menjadi saksi awal baru bagi kisah cinta kedua mahluk itu. Setalah sekian tahun dipajang di toko, sekian tahun hanya bisa memandang dan berharap bisa bertemu, Tuhan akhirnya mengabulkan keinginan mereka berdua.

Die Verhaal from Stella Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang