Order Made

8 1 2
                                    

Jumlah kata : 1.484

Apa kabar kalian di sana? Sudahkah kalian siap untuk mendengar kisah kali ini?

Kisah tentang pilihan.

----------------------------------------------------------

"Gelap sekali. Di mana ini?" Tanyaku.

Saat aku membuka mata, yang pertama kali kulihat adalah kegelapan. Saat aku meraba sekitar aku sadar kalau aku ada di tanah. Tapi aku tidak ingat apapun lagi.

Apa yang terjadi padaku?

Ditengah kebingunganku, tiba-tiba ada cahaya redup muncul. Dan secara samar aku dapat melihat sekitar.

Seperti dugaanku, aku terbaring ditanah. Tapi tempat ini tidak dapat kujelaskan. Tempat ini seperti ruangan luas tak berujung.

Aku mencoba berdiri dan berjalan kearah sumber cahaya. Ternyata sumber cahaya itu berasal dari pohon. Aku tidak berbohong, pohon ini mengeluarkan cahaya seperti kunang-kunang. Menyejukkan hati.

"Hei kau sudah tiba?" sebuah suara menyeru kepadaku.

Saat aku mencari, ternyata suaranya berasal dari sesosok mahluk yang tinggi. Dia berdiri di bawah sisi lain pohon. Mau tak mau aku mendekatinya.

Dia terseyum ramah kepadaku. "Hai Nak, apa kau sudah enakan?"

Aku tidak tahu apa maksud pertanyaannya, tapi aku mengangguk saja.

"begitu ya." Dia mengeluarkan sesuatu dari sakunya. "Masa lalu atau masa depan, akan aku izinkan kau melihanya. Apa yang akan kau pilih?" tanyanya sambil menyerahkan selembar foto dan sebuah bola baseball.

Awalnya aku tidak paham, tapi melihat raut wajahnya yang tenang dan sejuk aku memilih. Aku menunjuk selembar foto tersebut.

"Aku pilih masa lalu."

"Kenapa?"

"Agar aku menjadi seseorang yang kuat. Setidaknya aku bisa jadi orang yang berani," tawaku dengan garing. "Dan agar aku paham apa makna kenangan."

Aku tidak mengerti bagaimana pemahaman itu muncul di benakku. Tapi hatiku bilang kalau aku harus mengatakannya.

Orang itu terseyum hingga membuat matanya menyipit. Dia menghelus kepalaku dan menyerahkan foto tersebut. "Kau memang anak yang berani."

Dalam foto tersebut kulihat sebuah keluarga yang terseyum hangat. Seorang pria dan wanita paruh baya sedang mengendong bayi mungil dan manis. Entah kenapa hatiku merasa senang.

"Nak," katanya sambil menepuk bahuku. "lanjutkanlah perjalananmu. Ikuti sulur-sulur pohon ini hingga kau berhenti di pohon berikutnya."

Aku mengangguk. "Terima kasih tuan," ujarku sebelum pergi. Dia kembali terseyum dan melambai tangan.

Aku kembali berjalan, seperti yang dikatakan pria tadi. Tidak lama untuk menemukan pohon berikutnya. Aku langsung menemukan pohon mungil berwarna merah muda. Di bawahnya terlihat sesosok kecil mahluk.

"Oh! Kau sudah sampai? Sini sini!" teriaknya kala melihatku. Dia sangat heboh.

Tanpa basa-basi dia langsung bertanya padaku sambil menjulurkan permen. "Tangan, kaki, mulut, telinga, mata, dada, lubang hidung, akan kuberi kau masing-masing dua. Bukankah bagus?"

Aku terdiam sebentar memikirkannya. Lalu dengan yakin aku meminta padanya, "aku cukup hanya dengan satu mulut."

"Eeeh, kenapa?" tanyanya dengan kecewa.

"Itu agar aku tidak bertengkar dengan diriku sendiri, dan agar aku hanya mencium satu orang saja."

Dia terdiam mendengarnya, tapi hanya sebentar. Dia kembali tertawa dengan keras. "Kau anak yang menarik. Ini, ambillah permen ini."

Die Verhaal from Stella Where stories live. Discover now