The Imitation Fake

12 1 5
                                    

Jumlah kata : 1.347

Hai semuanya. Bertemu lagi denganku, Stella.

Apa kabar kalian? Aku selalu berdoa agar kalian semua selalu sehat dan bahagia.

Baiklah kali ini aku akan bercerita tentang, sebuah harapan dan kehancuran.

Selamat menikmati.

-----------------------------------------------------------

Jika saja diriku lebih dari satu, semuanya akan lebih mudah.

Kau tahu, hidup itu menyebalkan dan melelahkan. Terutama jika ada dalam rutinitas padat.

Seperti diriku.

Aku hanya gadis SMP yang sangat sibuk. Apalagi aku salah satu panitia festival yang akan datang. Sangat melelahkan.

Memang belajar telah ditiadakan menjelang festival. Apa lagi ujian telah berlalu. Tapi tetap saja banyak hal yang harus dilakukan.

"Hei kau yang bermain ponsel di sana, bawa kotak ini keruang lab. Hati-hati membawanya, ada cairan di dalamnya."

"Tapi pak, saya sedang istirahat."

"Sudah, cuman kamu di kelas ini yang tidak makan. Jadi lakukan saja."

"Hummm baiklah."

Dengan wajah masam aku membawa kotak berat itu ke ruang lab. Dan langkah kakiku dihentakkan.

"Ah, kesabaranku sudah habis. Enak aja nyuruh orang. Kan cowok ada. Menyebalkan!"

Sesampainya di lab aku buru-buru meletakkannya di atas meja.

"Njir, berat amat. Apaan isinya sih?"

Di dalamnya terdapat gelas-gelas berisi cairan aneh berwarna hijau. Baunya tidak begitu enak.

"Ih, baunya bikin otakku sakit. Apaan sih ini?"

Dengan ceroboh aku mencondongkan badan untuk melihat cairan itu lebih dekat, membuat ponselku di saku dada terjatuh ke dalam salah satu gelas kaca itu.

"Tidak! Ponselku."

Cepat-cepat aku menariknya dan membersihkannya.

"Aduh, masih bisa nyalakan?"

Setelah aku coba menekan tombol power, layarnya masih bisa menyala. Syukurlah.

Merasa tidak enak lama-lama di sini, aku bergegas pergi dan berharap tidak ada yang melihat kejadian tadi.

Waktu berlalu begitu saja meninggalkanku.

Tadi saat aku pulan sekolah dalam keadaan lelah, ibu menyuruhku membantunya melakukan beberapa pekerjaan. Padahal aku sudah menolak dan bilang kalau aku kelelahan. Dan aku malah diceramahi.

"Ah ... seandainya saja ada diriku yang lain dan mengerjakan tugasku yang menumpuk pasti sangat membantu."

Selalu saja seperti ini. Rutinitas yang menyebalkan. Sama sekali tidak menghasilkan apapun dan tidak mengakhiri apapun. Aku berharap keajaiban akan datang.

Die Verhaal from Stella Where stories live. Discover now