Little Heart

4 1 0
                                    

Jumlah kata : 1.292

Hai semuanya, apa kabar? Kuharap baik-baik saja.

Hei, kali ini aku ingin menceritakan tentang kisah cinta dua mahluk yang berbeda dengan kita.

Apa kau ingin mendengarnya?

----------------------------------------------------------

Cinta adalah hal yang diciptakan Tuhan untuk semua mahluk-Nya. Semuanya memiliki perasaan hangat itu, yang membuat mereka saling membutuhkan satu sama lain.

Bahkan untuk sepasang boneka.

Sepasang boneka yang kukenal saling mencintai walau terhalang jarak.

Sebuah boneka kayu laki-laki bergaya victoria tampan bernama Jil dan sebuah boneka kayu perempuan bermata hazel indah bernama Elisa yang dijual di dua toko yang berbeda. Tapi toko tersebut berhadapan.

Setiap malam, kala manusia tidak lagi melewati jalanan, kedua boneka mungil itu saling menyapa dan melambaikan tangan. Sekedar menyampaikan rindu dan rasa suka.

Keduanya selalu berdoa untuk bisa bersama, untuk bisa saling bersentuhan, untuk bisa saling mengobrol, dan untuk bisa saling melindungi satu sama lain.

Tapi takdir tidak pernah selalu mudah dan indah.

Pada suatu hari, kala musim salju melanda. Seorang anak bangsawan melewati toko kecil tersebut. Gadis itu langsung menyukai boneka Elisa dan merengek pada ayahnya untuk membelikannya.

Aku yakin ayahnya adalah seorang yang suka memanjakan anaknya, dengan segera dia membelikannya.

Elisa pun dibawa pulang gadis kecil itu. Dia pergi menggunakan kereta kuda.

Merasa penasaran, diriku mengikuti mereka. Kereta itu bergerak dengan cepat. Tapi syukurlah Tuhan memberiku kaki-kaki yang cepat. Sehingga aku tidak kehilangan jejak.

aku sampai dirumah besar dan megah. Rumah yang layak bagi bangsawan. Keduanya masuk kedalam tanpa merasa jika sudah kuikuti.

Aku mengingat rute perjalanan agar memudahkanku nanti. Aku harap aku bisa membantu Jil.

Aku sampai di toko saat malam menyambut. Dari kaca etalase toko, bisa kulihat Jil menangis. Pria kecil itu meratapi cintanya yang telah pergi.

Rasa jahilku muncul. aku ingin menguji keteguhan hati Jil.

“Hei Jil. Kenapa kau menangis?”

Dia menoleh dengan cepat kearahku. Tanpa kuperkirakan dia memeluk leherku dengan kuat.

“Black, Elisa telah pergi. Ak-aku tidak tahu harus apa….”

Jika saja boneka punya kantung air mata, aku jamin Jil akan membanjiri toko dengan air matanya.

“Jadi kau hanya ingin menangis seperti bayi di sini?”

“A-aku…”

“Jawab dengan jelas Jil!” teriakku.

“Aku tidak mau berpisah dengan Elisa!”

Aku terseyum melihatnya mengambil keputusan. “Nah itu yang ingin kudengar. Ayo naik, kuantar kau ke tempat Elisa berada.”

Die Verhaal from Stella Where stories live. Discover now